Tabloid-Nakita.com - Mengasuh si batita dan balita memang sangat menantang. Batita adalah usia di mana perilaku anak sangat menguji kesabaran Mama. Sebutlah, senang menjatuhkan atau melempar barang, memuntahkan makanan, membuat mainannya berantakan, memukul, menjambak, dan lain sebagainya. Tidak heran, ketika kesabaran Mama habis, Mama sering membentak anak. Dan, menyesal sesudahnya.
Ya, membentak anak sudah menjadi suatu kebiasaan. Barangkali, kebiasaan membentak anak dilakukan untuk mendapatkan hasil yang cepat. Ketika anak tidak juga membereskan mainannya, Mama mengintimidasinya dengan membentak. Harapannya, ia segera bangun dan melakukan perintah Mama. Padahal, setelah dibentak belum tentu anak mau melakukannya.
Menurut Dr Justin Coulson, pakar parenting di Kidspot.com.au dan pengajar psikologi di University of Wollongong, Australia, riset menunjukkan bahwa sebenarnya orangtua tidak suka membentak anak. Orangtua yang disurvei mengatakan bahwa membentak, yang diikuti dengan memukul bokong anak, adalah teknik pendisiplinan yang paling tidak bisa diterima. Ironisnya, mereka sendiri mengaku kerap membentak anak.
Jadi, mengapa orangtua begitu cepat membentak anak? Kita seringkali mampu mengontrol kekesalan dan mungkin kemarahan kita di depan umum. Buktinya, jarang sekali kita melihat orangtua yang membentak anaknya di depan umum. Meski kesal bukan main dengan ulah seorang teman, Mama pasti juga tidak membentak teman Mama tersebut di depan umum, kan? Mama pun pasti tidak suka jika punya atasan yang suka membentak anak buahnya. Ya, kan?
Tahukah Mama efek membentak anak yang bakal Mama sekali?
Dalam studi selama dua tahun, para peneliti di University of Pittsburgh dan University of Michigan, Amerika, mendapati bahwa disiplin secara verbal yang parah terbukti memberi pengaruh negatif pada ketentraman anak. Anak-anak praremaja dan remaja yang orangtuanya kerap membentak untuk mendisplinkan akan mengalami peningkatan masalah perilaku, seperti melakukan kekerasan dan vandalisme. Efek dibentak terus-menerus sama seriusnya dengan jika anak dipukul.
Membentak anak tepat di depan wajahnya adalah tindakan yang parah, khususnya ketika diikuti dengan labeling (menyebut anak dengan sebutan nakal, kurang ajar, bodoh, dan lain-lain) dan berbagai kata-kata ancaman, kata-kata penghinaan, dan sebagainya. Kata-kata semacam itu hanya akan menyakiti anak, sementara perubahan perilaku yang Mama harapkan belum tentu terjadi.
Penelitian lain menunjukkan bahwa membentak sedikitnya 25 kali dalam periode 12 bulan bisa memberikan efek negatif pada kepercayaan diri anak. Selain itu juga meningkatkan risiko depresi, dan mengembangkan perilaku agresi pada anak.
Ternyata, efek membentak anak sangat parah ya, Ma. Jangan sampai anak mengalami luka batin, karena akan sulit sekali menyembuhkannya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR