Nakita.id - Kisah sedih berawal dari dua tahun yang lalu, ketika suami Dr Priti Ingle Jadhav, Vinod, terengah-engah saat mengalami kecelakaan lalu lintas di daerah pedesaan Akola di Vidarbha, Maharashtra, di mana saat itu yang bisa ia katakan hanyalah 'selamatkan saya'.
Meskipun Priti telah berhasil melakukan panggilan darurat untuk mendatangkan ambulans, dokter dan teman-teman tidak bisa membuat Vinod bertahan lebih lama. Di saat-saat terakhir, Priti terus mengatakan ini kepada sang suami: "Jangan berhenti bernapas."
Setelah 10 tahun mengabdikan hidup untuk merawat suku-suku di daerah pedesaan Malsur dan Babulgaon di Akola, pasangan tersebut menantikan kehidupan kota, dan mulai bekerja sama di rumah sakit wanita terbesar di distrik tersebut, yang secara populer disebut rumah sakit Lady Hardinge.
Setelah kehilangan Vinod, seorang ahli patologi, Priti, yang juga seorang dokter anak akhirnya kembali bekerja.
(Baca juga : Ini 7 Cara Membantu Perkembangan Otak Bayi)
Tapi suatu saat, ada kasus yang melibatkan bayi petani berusia lima hari, dan membutuhkan pertolongan dokter. Namun hal ini sulit lantaran orangtuanya miskin, sementara biaya yang dibutuhkan terlalu mahal. Mulai dari situ muncul gagasan Priti untuk menolong para bayi tak berdosa.
"Bayi itu sedang sekarat. Tingkat urea darah dan serum kreatinin sangat tinggi. Ayahnya yang seorang pecandu alkohol, tampaknya tidak peduli," kata Priti, (30) yang berkonsultasi dengan Inspektur Medis Dr Arati Kulwal.
Di sana Dr. Priti mendesak pihak berwenang untuk membiarkan ia mengobati bayi tersebut. "Saya tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin aku melihat keputusasaan situasi, dan merasakan keputusasaan yang sama seperti saat Vinod tidak bisa diselamatkan. Saya memutuskan untuk keluar dari rasa berkabung dan mulai menyelamatkan bayi-bayi itu," lanjut Priti.
Bayi itu berhenti makan atau buang air kecil lima hari setelah ia dilahirkan.
(Baca juga : Mengerikan. Kereta Bayi Jatuh ke Rel Kereta, Ini yang Terjadi Pada Si Bayi)
Dengan biaya perawatan di rumah sakit swasta yang sangat mahal, ibu dari bayi yang berusia 20 tahun, Pooja Rathod, memutuskan untuk membawa bayinya ke rumah sakit Lady Hardinge.
Peritoneal dialysis (PD) sering digunakan pada kasus gagal ginjal stadium akhir, kecuali rumah sakit ini tidak memiliki alat PD untuk merawat bayi.
Pendanaan untuk perawatan kesehatan lanjut seperti ini sangat terbatas dan kurangnya tenaga terlatih, terutama di daerah pedesaan. Inilah yang juga menjadi tantangan yang harus ditangani oleh pemerintah pejabat kesehatan saat menghadapi kasus-kasus rumit.
"Beban kerja sangat besar di sini. Rumah sakit Lady Hardinge memiliki 48 Unit Perawatan Khusus di Maharashtra yang menangani bayi yang sakit. Setiap tahun, setidaknya 3.000-3.500 bayi sakit dirawat di sini dan angka kematian fatal telah diturunkan menjadi 8/1000 kelahiran hidup," kata Dr Arati.
Sementara upaya tim sangat penting, Priti secara pribadi terlibat dalam menyelamatkan setidaknya sembilan bayi yang sangat kritis, kata Dr Arati.
Untuk menyelamatkan bayi Predi yang berusia lima hari, dibutuhkan proses operasi yang memakan banyak biaya. PD adalah tipe dialisis yang digunakan untuk menghilangkan kelebihan cairan dan racun.
(Baca juga : Menakjubkan,Tidur di Sebelah Saudara Kembarnya, Bayi dengan Perdarahan Otak Bisa Selamat)
Untungnya, bayi tersebut mendapatkan perlengkapan medis yang dibutuhkan, dan memulai siklus PD dan akan terus memantau bayi setiap jamnya.
"Saya menghitung setiap siklus dan tidak tidur selama dua malam," kenang Priti. Pada siklus PD ke-48, output urine bayi adalah 6ml. Secara bertahap, ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dan cukup untuk bisa dipulangkan ke rumah.
Pada satu titik, menyelamatkan bayi ini sepertinya tidak mungkin. Tapi delapan bulan kemudian, saat Pooja mengajak putrinya Ayush untuk kunjungan lanjutan, mata Priti menyala-nyala yang mengisyaratkan, "Ya, saya bisa menyelamatkan bayi ini," katanya sambil tersenyum.
(Baca juga : Perlu Ditiru. Kebiasaan yang Dilakukan Acha Septriasa Ini Membuat Bayi Lebih Cerdas)
Seperti Ayush, Priti menggunakan pemikiran cepat untuk menyelamatkan delapan bayi kritis lainnya. Lima mengalami masalah parah, termasuk penyakit kuning karena ketidakcocokan RH.
Bayi baru lahir yang kritis akhirnya sembuh setelah transfusi darah, prosedur yang memakan waktu empat hingga lima jam dan harus dipantau dengan ketat.
Dalam kasus lain, terdapat bayi kembar tiga yang lahir di sebuah rumah sakit swasta dan mereka dirawat di unit perawatan khusus bayi baru lahir, di mana salah satunya mengalami kejang. Sementara, dua lainnya menderita sindrom gangguan pernapasan.
"Saya melibatkan ibu dan melatihnya untuk memantau bayinya," ungkap Priti. Hatinya mulia sekali ya, Bu?
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR