Nakita.id - Hari pernikahan seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan.
Namun sayangnya, bagi lelaki asal China ini hari pernikahannya justru berakhir tragis.
Ai, seorang lelaki asal Zunyi, di selatan provinsi Guizhou, China, berlari seorang diri di jalan raya pada hari pernikahannya pada November lalu untuk melarikan diri dari 'penyiksaan' yang dilakukan oleh teman-temannya.
Di daerahnya seakan sudah menjadi tradisi yang mana pengantin pria dikerjai oleh teman-temannya sebagai bentuk 'selamat' dan merayakan berakhirnya masa lajang.
Teman-temannya telah melempari Ai dengan telur, menuang bir di kepala dan mengikatnya di tiang listrik sebagai bentuk perayaan tersebut layaknya hari ulang tahun.
Tapi Ai tidak suka dengan perayaan semacam itu, hingga akhirnya ia marah dan melarikan diri.
"Aku sangat tersiksa pada hari pernikahanku sehingga aku marah. Mereka mengejarku dan aku hampir tidak bisa melihat apa-apa karena (tubuhku) ditutupi tinta," ujar Ai, melansir laman SCMP.
Tanpa sadar Ai justru lari ke jalan tol yang penuh dengan kendaraan besar.
"Entah bagaimana aku berlari ke jalan tol, bahkan setelah itu salah satu dari mereka masih mengejarku," sambungnya.
Tiba-tiba sebuah mobil menabraknya dan langsung menghantam pagar pembatas.
Kemudian dia menghabiskan waktu dua minggu di rumah sakit dengan banyak luka, termasuk tengkorak yang retak.
Baca Juga : Meninggal 8 Jam Setelah Lahirkan Putri Pertamanya, Ibu Ini Justru Selamatkan 50 Nyawa!
Polisi memutuskan Ai harus bertanggung jawab bertanggung jawab atas kecelakaan itu.
Malangnya lagi, perusahaan asuransi pemilik mobil itu menuntut ganti rugi hampir 30.000 yuan (Rp63 juta).
View this post on Instagram
"Sekarang perusahaan asuransi menuntutku, jadi aku harus menuntut teman-temanku," kata Ai.
Sebelum persidangan hukum dimulai, rombongan pengantin pria mengaku bersalah dan menyumbang lebih dari 6.000 yuan (Rp12,6 juta) untuk biaya medis Ai.
Tradisi ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu di Tiongkok untuk mengusir roh jahat.
Yaitu sebuah tradisi seperti 'perpeloncoan pernikahan' yang populer di banyak negara bagian, meskipun ada kecaman dalam beberapa tahun terakhir.
Selain pengantin pria, orang tua, pengantin wanita dan pengiring pengantin wanita semua bisa menjadi korban lelucon ini, sindiran seksual dan penghinaan.
Setelah Ai pulih dari sakitnya, ia dan sang istri tidak lagi melanjutkan perayaan pernikahan.
Source | : | scmp |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Kunthi Kristyani |
KOMENTAR