Sedangkan gejala psikologis, meliputi: perasaan lebih sensitif, kesulitan berkonsentrasi, mudah cemas dan stres, kurang bergairah, serta emosi yang mudah meletup.
Bukan hanya beragam, tingkat keparahan gejalanya juga bervariasi.
Itu sebab, gejala PMS yang sering Moms alami belum tentu sama dengan gejala PMS yang dialami oleh Moms lainnya.
Begitu pun tingkat keparahannya. Bahkan, untuk Moms sendiri, baik gejala maupun tingkat keparahannya tak selalu sama pada tiap bulannya.
Jika bulan ini Moms merasakan gejala perut mual dan gampang menangis, bisa jadi bulan depan yang dirasakan adalah kram perut dan marah-marah melulu.
Masih soal gejala, ternyata, beberapa gejala PMS mirip dengan gejala penyakit tertentu, Moms. Contoh, kenaikan berat badan drastis, kondisi ini mirip dengan gejala penyakit tiroid.
Untuk itu, Moms direkomendasikan membuat jurnal PMS agar Moms dapat melihat, apakah gejala- gejala PMS tadi memang terjadi pada waktu yang sesuai, yaitu menjelang menstruasi.
Bila ternyata gejala terebut juga terjadi di luar jadwal PMS (dua minggu sebelum menstruasi), Moms perlu berkonsultasi ke dokter.
Nanti, dokter akan melihat, apakah gejala yang mirip PMS itu berkaitan dengan kondisi kesehatan lain, termasuk penyakit tiroid, depresi, migrain, sindrom iritasi usus, ataukah penyakit sindrom kelelahan kronis (SEID).
Baca Juga : 4 Penyebab Perut Buncit dari Kebiasaan yang Bisa Jadi Tak Moms Sadari
Gejala PMS dikatakan berat, apa pun jenisnya, bila sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.
Contoh, kram perut membuat Moms sulit beranjak dari tempat tidur; emosi negatif membuat Moms tak bergairah; atau kondisi lain yang membuat Moms jadi tak sehat, baik secara fisik maupun mental, padahal Moms telah melakukan gaya hidup sehat.
Elizabeth Bertone-Johnson, PhD, Profesor Epidemiologi dari University of Massachusetts merekomendasikan Moms untuk bertemu dengan dokter obgin bila PMS sudah mengganggu kehidupan Moms.
Pasalnya, PMS dalam tingkat berat dapat meningkatkan risiko peradangan dalam tubuh sebanyak dua kali lipat, ketimbang Moms yang tidak mengalami atau hanya mengalami PMS ringan.
Kondisi itu ditakutkan berkaitan dengan kemungkinan berkembangnya penyakit lain.
Hasil penelitian Bertone-Johnson dan rekannya yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemilogy (2014) menyebutkan, PMS berat meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 40% akibat tekanan darah yang meningkat selama masa tersebut. Duh!
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Rizqa Widiasti |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR