Nakita.id - Saat sakit, dokter hampir selalu merekomendasikan antibiotik untuk diminum.
Begitu juga saat Si Kecil demam, batuk, pilek, atau mengalami radang, antibiotik menjadi salah satu yang selalu ada dalam resep dokter.
Bahkan, antibiotik kini sudah bisa dengan mudah Moms temukan di apotek terdekat.
Tapi, tahukah Moms jika antibiotik bukanlah obat bagi segala jenis penyakit?
Baca Juga : Hati-hati! Antibiotik atau Antasid Tingkatkan Risiko Alergi Si Kecil
Dilansir dari Kompas.com, Hari Paraton, Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba mengatakan bahwa antibiotik bukan obat yang mampu menyembuhkan segala penyakit.
Untuk itu, masyarakat patut hati-hati saat diberikan antibiotik oleh dokter.
Pasalnya, apabila digunakan secara tidak tepat, antibiotik justru bisa menimbulkan resistensi antibiotik.
Hari mengatakan resistensi antibiotik adalah keadaan ketika bakteri penyebab penyakit yang seharusnya mati saat diberi antibiotik, malah tumbuh dan semakin berkembang.
“Misalnya, seseorang yang terlalu sering minum antibiotik di luar rumah sakit. Saat masuk rumah sakit lalu diterapi dengan antibiotik, bakteri penyebab penyakit justru berulah. Bakteri baiknya mati semua. Bakteri jahat justru tumbuh,” ujarnya.
Resistensi antibiotik dapat terjadi ketika kita mengonsumsi antibiotik tanpa mengikuti aturan yang dianjurkan dokter.
Baca Juga : Produksi ASI Berkurang, Bisa Jadi Bahan Makanan Ini Penyebabnya
Menggunakan antibiotik tanpa mematuhi takaran, jadwal, dan panjangnya periode obat tersebut harus dihabiskan bisa meningkatkan resiko resistensi antibiotik pada tubuh kita.
Selain itu, resistensi antibiotik juga bisa dikarenakan akibat penggunaan jumlahnya yang terlalu banyak atau terlalu sering diminum.
Jika antibiotik diberikan secara serampangan, bakteri baik bisa ikut terbunuh.
Baca Juga : 8 Manfaat Jahe Kering Salah Satunya Menyembuhkan Diare, dan Ini Cara Membuat Minuman Jahe Ala Racikan Rumah
Padahal, tubuh manusia membutuhkan bakteri baik sebanyak 90.000 triliun hingga 100.000 triliun untuk dapat dikatakan sehat.
Akibatnya, tubuh individu mengalami infeksi yang semakin parah.
Bakteri jahat justru berkembang biak secara pesat.
Hari menyebutkan dalam kondisi terburuk, antibiotik sama sekali tidak bisa membunuh bakteri pencetus penyakit.
Kondisi ini dinamakan pan-resistance.
Resistensi jenis ini terjadi di rumah sakit dengan persentase 3-5 persen.
Baca Juga : Ditemukan Dalam Keadaan Lengkap dan Aromanya Masih Sama, Ini Keinginan Terakhir Mendiang Istri Ade Jigo
Sebetulnya, resistensi antibiotik ini telah diprediksikan sebelumya oleh ilmuwan yang menciptakan antibiotik kali pertama, Alexander Fleeming.
“Pada tahun 1945 saat Fleeming menerima Nobel, dia telah mengumumkan bahwa suatu saat akan tiba masanya bakteri resisten. Periode tersebut diramalkan terjadi saat antibiotik mudah ditemukan dan ada di mana-mana,” ujar Hari.
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR