2. Siapkan mindset yang tulus.
Menurut terapis di Kota New York, Kimberly Hershenson, permintaan maaf yang tulus dan rendah hati, bukan upaya untuk membenarkan kesalahan.
Itu menunjukkan bahwa Moms mengenali tindakan buruk yang Moms lakukan, menerima konsekuensinya, dan bersedia berubah.
Baca Juga : Maia Estianty Umrah Bersama Al dan Dul, Ahmad Dhani Sempat Diajak?
3. Jangan menganggap permintaan maaf sebagai menang atau kalah.
Dalam praktiknya, terapis Carolyn Cole telah melihat terlalu banyak orang mengatakan maaf karena mereka hanya ingin menang atau benar dalam perkelahian.
Tetapi mengucapkan kata-kata maaf ketika Moms telah melakukan kesalahan yang melewati batas tidak sama dengan mengatakan kalau Moms sepenuhnya benar dalam situasi ini.
Sebaliknya, kata Cole, permintaan maaf hanya berarti bahwa Moms lebih menghargai diri daripada mementingkan ego.
Baca Juga : Polusi dan Debu Membuat Rambut Mudah Rontok, Ini Tips Merawatnya!
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | pschology today,Tribun Jogja |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR