Nakita.id - Beberapa hari terakhir ramai diperbincangkan seorang pria mengamuk saat ditilang polisi hingga merusak sepeda motornya sendiri.
Padahal ia terbukti melakukan beberapa pelanggaran, namun amarahnya justru makin menjadi-jadi saat polisi hendak meminta kelengkapan surat-suratnya.
Melansir dari Psychology Today, perilaku amarah yang berlebihan bisa jadi adalah bawaan sejak kecil karena ia tidak dibiasakan menghadapi hal-hal yang memicu amarahnya dengan tenang.
Baca Juga : Viral Pria Rusak Motor Saat Ditilang, Pengemudi Ini Malah Nyanyi Korea Agar Tak Ditilang
Ada bagian dalam otak yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi ancaman dan mengirimkan sinyal agar kita mengambil langkah untuk melindungi diri.
Bagian bernama Amingdala tersebut bertugas membuat kita bereaksi dan ada pula Korteks Prefrontal yang terletak tepat di belakang dahi kita berfungsi untuk menjaga emosi dalam proporsi normal.
Saat kita mengamuk tanpa kendali tandanya Korteks Prefrontal gagal menghentikan Amingdala sehingga emosi justru semakin menjadi-jadi.
Apabila kita memiliki sistem manajemen emosi yang baik, hal itu tidak akan terjadi Moms.
Untuk itu, sistem manajemen emosi atau pengendalian emosi ini perlu ditanamkan sejak kecil pada anak-anak agar ia dapat mengendalikan emosinya hingga dewasa nanti.
Moms bisa mendidik Si Kecil mengenai sistem manajemen emosi ini dengan beberapa cara.
Baca Juga : Wanita Hamil Ditinggal dan Ditelantarkan Suaminya yang Kecanduan Game PUBG, Begini Curhatan Pilunya
1. Bicara
Biasakan dengan tenang mintalah Si Kecil menjelaskan apa yang menyebabkannya menjadi sangat marah.
Membicarakan masalah dapat membantu Si Kecil mengatasi amarah dan menenangkan diri.
Jika Si Kecil tidak ingin membicarakannya langsung dengan Moms, ia mungkin merasa nyaman "berbicara" dengan hewan peliharaan, boneka, atau teman khayalannya.
Baca Juga : Kabar Duka, Ibunda Okie Agustina Mantan Istri Pasha Ungu Meninggal Dunia
2. Kegiatan fisik
Saat marah Si Kecil mungkin akan meulapkannya dengan menginjak-injak kaki mereka, meninju bantal, merusak barang, melempar, atau berteriak.
Salurkan energi yang meluap-luap tersebut dengan ajak Si Kecil berjalan-jalan sebentar ke luar.
Moms juga bisa dorong Si Kecil untuk melakukan hal-hal yang ia sukai seperti menggambar atau membaca.
Ini dapat membantu Si Kecil memfokuskan kembali pikirannya dan menyalurkan energi amarahnya dengan cara yang baik.
Baca Juga : Sering Disepelekan, Gejala Radang Usus Ini Ternyata Berbahaya Moms!
3. Berikan kasih sayang
Jangan justru membalas bentakannya dan ikut marah Moms, tapi beritahu Si Kecil kalau Moms benar-benar peduli dengan situasi dan perasaannya.
Balita dapat dihibur dengan kehadiran fisik Moms seperti halnya Si Kecil yang lebih besar ketika menghadapi situasi yang membuatnya frustrasi.
Ajak Si Kecil duduk dan berikan pelukan untuk membuatnya merasa dicintai dan diterima.
Baca Juga : Putuskan Hubungannya dengan Denny Sumargo, Dita Soedarjo Akui Masih Sayang
4. Berikan contoh yang baik
Ini penting karena Si Kecil selalu meniru apa yang dilakukan orang dewasa, cara Moms menangani kemarahan dan frustrasi pun akan memengaruhi cara Si Kecil menghadapi hal yang sama.
Lakukan sesuatu yang menenangkan Moms atau menjauh dari situasi yang membuat frustrasi sejenak sehingga Si Kecil akan melakukannya juga saat marah.
Saat Si Kecil berhasil menghadapi kemarahannya, jangan lupa berikan senyuman dan katakana kalau ia telah melakukan perilaku yang baik.
Biarkan Si Kecil tahu kalau Moms selalu memperhatikan ketika dia menghadapi kemarahannya dengan cara yang positif.
Baca Juga : Menu Sarapan Sehat untuk Ibu Hamil, Mudah Dibuat di Rumah Lho!
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | pschology today,parent.com,Nakita |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR