Nakita.id - Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih menjalani perawatan di Singapura.
Seperti diketahui sebelumnya, pemilik nama lengkap Kristiani Herrawati ini dikabarkan menderita kanker darah.
Istri SBY ini pun kini tengah melawan penyakitnya tersebut dengan terus menjalani pengobatan.
Baca Juga : I Am an ActiFE Mom, In Control, and Protected
Ibu dua anak ini dirawat secara intensif di National University Hospital, Singapura.
Selama berada di Singapura, Ani Yudhoyono dijaga secara bergantian oleh kedua menantunya, Annisa Pohan dan Aliya Rajasa.
Beberapa waktu lalu, Aliya sempat membagikan potret keluarganya bersama dengan sang ibu mertua yang terbaring di kasur rumah sakit.
"Foto keluarga kemarin bersama Memo sang pelita hati keluarga kami, so happy to see your smile memo????♥️kalau kata Sakti dan Airlangga setiap lihat memo pasti bilang “Get well soon Memo” ☺️???????????? #CaiyoMemo #LetsFightCancer," tulis istri Ibas Yudhoyono ini.
Lihat postingan ini di Instagram
Sebelumnya, Annisa juga sempat membagikan fotonya saat sedang menjaga mertuanya itu.
Istri Agus Yudhoyono ini pun menceritakan kondisi sang ibu mertua yang baru saja menjalani kemoterapi.
"Memo baru selesai kemo cycle 2, maka kondisi Memo dalam keadaan tidak se-aktif biasanya dan belum bisa posting IG, apalagi melakukan excercise rutin seperti biasanya. Memo masih dalam kondisi harus banyak tidur istirahat," terang Annisa Pohan.
Menerima berbagai pengobatan, tubuhnya pun menjadi semakin kurus dan lemah. Bahkan, nafsu makannya pun berkurang karena efek pengobatan.
Tubuhnya yang semakin terlihat kurus itu bisa jadi merupakan efek samping dari kemoterapi yang dijalaninya, Moms.
Namun ternyata efek samping dari kemoterapi itu tak hanya bisa dirasakan oleh sang pasien saja.
Melainkan juga bisa berdampak pada keluarga pasien atau orang-orang yang berada di sekitarnya.
Mengutip Kompas.com, pasien kanker yang menjalani kemoterapi juga orang yang tinggal bersamanya perlu berhati-hati 48 jam pertama setelah kemoterapi.
Pasalnya obat kemoterapi punya efek menimbulkan kanker bagi penderitanya, juga orang di sekitarnya yang kontak dengan muntah, urin, feses, orang yang menjalani kemoterapi.
"Jika ada yang sedang menjalani kemoterapi, entah anak atau suami di rumah harus tetap hati-hati. Kontak dengan urin, muntah, tinja orang yang menjalani kemoterapi memang tidak banyak, namun hati-hati," ungkap Dr Ronald A Hukom, MhSc, SpPD-KHOM dari RS Kanker Dharmais, di sela kegiatan Philips Mom2Mom Talk Brast Cancer Awareness: "Deteksi Dini dengan Spot It Yourself" di Jakarta, Selasa (22/10/2013), seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga : Aurel dan Azriel Tak Hadir di Ulang Tahun Krisdayanti, Buat Sang Mama Menangis Karena Hal Ini
"Ingat, muntah, urin, tinja atau produk apa pun dari pasien yang menjalani kemoterapi baru bisa bersih dalam dua hari, jadi 48 jam harus dijaga," tambahnya.
Ronald mengatakan, kemoterapi mempunyai efek yang bisa menimbulkan kanker.
Kontak dengan bahan kemoterapi juga bisa meningkatkan risiko kanker pada orang lain di lingkungan penderita kanker.
Ia melanjutkan, obat kemoterapi bisa membuat si pasien terkena kanker kedua, paling sering kanker darah.
Leukimia muncul karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan kanker lainnya.
Jadi jika seseorang menjalani kemoterapi kanker payudara, jika tidak hati-hati dalam 48 jam setelah kemo, risiko muncul kanker darah meningkat, termasuk pada orang lain di sekitarnya akibat kontak dengan obat kemoterapi.
"Obat kemoterapi keluar dari tubuh penderita kanker lewat berbagai cara, muntah, urin, tinja, darah karenanya hati-hati sebelum dua hari pascakemo," terangnya.
Meski begitu, bukan berarti keluarga penderita kanker harus memisahkan diri, seperti tidak menggunakan toilet yang sama.
Boleh saja pakai toilet yang sama, asal yakin perilaku pasien di toilet benar atau misalnya menyiram bekas urin dengan benar.
Baca Juga : Penting Pahami Prosedur Kuret, Pengaruhi Kesehatan Organ Reproduksi Wanita!
Efek kemoterapi yang menimbulkan kanker pada orang lain, bukan hanya pada pasien, terbukti pada perawat yang bekerja di ruang pencampuran obat kemoterapi.
Ronald menyebutkan data yang mengungkapkan ada perawat yang tidak menggunakan pelindung, seperti sarung tangan, terkena kanker 15-20 tahun kemudian.
Source | : | Kompas.com,Instagram |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR