Hal ini disebabkan, tekanan fisik pada Moms dapat mengubah metabolisme dalam plasenta dan memengaruhi pertumbuhan Si Kecil dalam kandungan.
Ketika stres, tubuh manusia melepaskan hormon untuk menangani stres lebih tinggi, contohnya hormon pelepas kortikotropin (CRH) yang menghasilkan peningkatan hormon stres kortisol.
Mekanisme ini juga berlaku selama hamil
Plasenta yang memasok nutrisi bagi janin dapat memancarkan hormon stres CRH tersebut.
Akibatnya, sejumlah kecil hormon ini memasuki cairan ketuban dan metabolisme janin.
Di satu sisi, penelitian menunjukkan kalau hormon ini dapat meningkatkan perkembangan bayi yang belum lahir.
Kondisi yang tidak menguntungkan pada wanita menyebabkan peningkatan pelepasan hormon, sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup jika terjadi kelahiran prematur.
Namun, di sisi lain peningkatan ini juga dapat memiliki konsekuensi negatif.
"Akselerasi pertumbuhan yang berlebihan dapat terjadi dengan mengorbankan pematangan organ yang tepat," kata Ulrike Ehlert, psikolog dan koordinator program.
Baca Juga : Terkuak, Ternyata Kisah Asmara Elly Sugigi dan Irfan Sbaztian Memang Hanya Sebatas Settingan
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR