Nakita.id - Apakah Moms termasuk salah satu orangtua anak yang memiliki teman imajiner atau teman khayalan?
Mulai binatang hingga benda mati seperti boneka dapat menjadi lawan bicaranya.
Bahkan terkadang, anak terlihat berbicara sendiri.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Makhluk-makhluk ini diciptakan oleh pikiran anak-anak dan dapat muncul sejak usia 2 tahun, ketika mereka mulai belajar bahasa dan memahami lingkungan tempat mereka tinggal.
Sebagai orangtua, mungkin Moms terkejut hingga khawatir melihat Si Kecil bicara sendiri.
Ketika ditanya kepada siapa mereka berbicara, mereka mungkin menjawab dengan tenang bahwa mereka bersama teman baru mereka.
Langsung melarang dan memaksa anak untuk berhenti bicara sendiri bukanlah hal yang tepat, Moms.
Apalagi jika sampai melabel Si Kecil aneh dan membandingkannya dengan anak lain.
Teman khayalan adalah bagian dari perkembangan emosional anak-anak.
Terkadang, mereka dikaitkan dengan pikiran yang sangat kreatif dan sensitif.
Sebuah penelitian terhadap 152 anak usia 3 dan 4 yang dipimpin oleh peneliti Marjorie Taylor dan Stephanie Carlson dari universitas di Oregon dan Washington, menemukan bahwa 2 dari 3 balita memiliki teman khayalan.
Menurut penelitian tersebut, tak ada hubungannya langsung antara kesepian dan teman khayalan.
Baca Juga : Disebut Main ke Kelab Malam Saat Nikita Mirzani Lahiran, Begini Tanggapan Dipo Latief Soal Kelahiran Anaknya
Teman imajiner justru membantu anak-anak mengekspresikan perasaan mereka dan meningkatkan keterampilan komunikasi mereka.
Meski ada dampak positifnya, Moms juga tak bisa mengabaikan alasan mengapa Si Kecil memiliki teman khayalan.
Bisa saja syok dan emosi tinggi karena perceraian orangtua, kehadiran saudara, pindah sekolah, atau pindah rumah ke luar kota menjadi penyebabnya.
Lantas apa yang harus dilakukan orangtua saat Si Kecil punya teman khayalan?
1. Tetap tenang
Moms, sampai usia 8 tahun, normal bagi seorang anak memiliki teman khayalan.
Baca Juga : Nyata! Pria Ini Sembuh dari Kelainan Jantung Karena Lalui Jalan Berlubang
Jadi, jangan melabel Si Kecil aneh dan membandingkan dengan anak lain yang terlihat normal ya.
Membandingkan Si Kecil dengan anak orang lain, bisa membuat anak menjadi tak percaya diri.
2. Hindari menyangkal teman khayalan Si Kecil
Sekali lagi, jangan langsung melarang Si Kecil untuk berhenti memiliki teman khayalan.
Lebih baik Moms mengenal teman khayalan yang digambarkan anak.
Dengan demikian, Moms tahu betul arti temannya tersebut bagi Si Kecil dan cara menangani situasi ini.
Baca Juga : Bagikan Foto Si Bayi, Wajah Anak Kedua Tya Ariestya Justru Tuai Perdebatan, Kenapa Ya?
3. Jangan biarkan Si Kecil menggunakan teman khayalannya untuk beralasan
Jangan biarkan anak menggunakan teman baru mereka untuk melanggar aturan atau menjadi nakal.
Ajari mereka disiplin dan bagaimana menerima tanggung jawab.
4. Arahkan Si Kecil bersosialisi dengan teman nyata
Meskipun Moms memberi toleransi pada Si Kecil untuk memiliki teman imajiner, pastikan anak tetap memiliki hubungan nyata dengan teman di sekitarnya, ya.
Dengan cara ini, Moms akan menstimulasi keterampilan psiko-sosial mereka, yang dapat membuat teman khayalan mereka menghilang.
Baca Juga : Turuti Keinginan Terakhir Istri Sebelum Meninggal, Suami Ini Lakukan Pemotretan Bersama Arwah Istrinya
Apa yang ia lakukan bersama teman khayalan akan membantunya punya keterampilan sosial yang baik.
Jangan lupa pantau terus perilakunya agar memahami apakah perilaku tersebut sudah baik atau tidak jika dilakukan.
Namun jika perilaku berikut ini mulai muncul, Moms sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau terapis.
- Si Kecil mengisolasi diri mereka sendiri, lebih suka bermain dengan teman imajiner daripada dengan teman nyata.
- Emosi kegembiraan, kehilangan kendali, kebingungan, atau lekas marah ketika teman khayalan itu muncul.
- Kepribadian teman imajiner menyebabkan ketidaknyamanan atau ketakutan pada anak.
Baca Juga : Demi Popularitas dan Harta, Artis Ini Mengaku Pernah Lakukan Settingan
Source | : | steptohealth.com |
Penulis | : | Kunthi Kristyani |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR