Nakita.id - Selebriti muda tanah air, Salmafina Sunan harus mengalami nasib tragis.
Di usianya yang masih beranjak 19 tahun, ia sudah menyandang status janda.
Nama Salmafina Sunan mulai dikenal saat dirinya dinikahi seorang hafidz Qur'an bernama Taqy Maliq.
Sayangnya, pernikahan Salma dan Taqy hanya berjalan seumur jagung.
Putri dari pengacara kondang Sunan Kalijaga, Salmafina Sunan, mengaku dirinya ingin mempunyai anak tanpa menikah dengan seorang lelaki.
Baca Juga: Ini Rahasia Agar Jumlah Sperma Banyak, Kuat, dan Gesit! Salah Satunya Hubungan Intim Teratur
Mantan istri dari Taqy Malik ini pun sedang mencari donor sperma demi mewujudkan keinginannya tersebut.
Hal ini disampaikan oleh sendiri oleh Salmafina Sunan melalui instagram story-nya beberapa hari yang lalu.
Dalam unggahannya, melansir Tribun Jakarta, gadis 19 tahun ini mengaku sudah melakukan riset terkait donor sperma.
Ia juga tidak melewatkan informasi mengenai kelebihan serta kekurangan dari metode ini.
DONOR SPERMA SARAT DENGAN RISIKO, TERMASUK KECACATAN
Hamil dari proses donor sperma sangat berisiko.
Contohnya terjadi di sebuah bank sperma di Georgia.
Seorang pria yang bertahun-tahun “dinobatkan” sebagai donor sperma yang sempurna oleh bank sperma ternyata merupakan penjahat sakit mental yang telah berbohong selama lebih dari satu dekade.
Dalam situsnya, perusahaan Xytex yang berbasis di Georgia, selama ini menerangkan bahwa profil Donor 9623 adalah pria yang benar-benar sehat dengan IQ 160 dan memiliki gelar PhD di bidang teknik neuroscience.
Namun, kini donor sperma paling sempurna bernama Chris Aggeles itu nyatanya seorang mahasiswa yang putus kuliah. Pria 39 tahun tersebut juga telah didiagnosis memiliki gangguan kejiwaan bipolar, gangguan kepribadian narsistik, skizofrenia, dan telah menghabiskan waktu di penjara karena perampokan.
Baca Juga: Ini Rahasia Agar Jumlah Sperma Banyak, Kuat, dan Gesit! Salah Satunya Hubungan Intim Teratur
Sayangnya, sperma hasil donasinya telah digunakan pada 36 anak-anak di Kanada, Amerika Serikat, dan Inggris antara tahun 2000 dan 2014.
Keluarga yang menerima donasi menemukan identitasnya setelah Xytex secara tidak sengaja memasukkan nama pria tersebut dalam e-mail dan keluarga tersebut mencoba mencari identitasnya.
Tiga keluarga Kanada dengan anak-anak berusia antara 4 dan 8 tahun kini menggugat Xytex. Pengacara Nancy Hersh mengatakan, dia juga dapat mengajukan gugatan untuk keluarga Inggris dan Amerika.
Baca Juga: 3 Bulan Dirawat, Ani Yudhoyono Akhirnya Keluar Rumah Sakit dengan Kursi Roda
Gugatan tersebut muncul terkait indikasi bahwa penyakit skizofrenia sangat mungkin berlangsung turun-temurun. Bahkan, Xytex dituduh masih menjual sperma Aggeles setelah masalah muncul.
Angie Collins, salah satu ibu yang menerima donasi asal Kanada, mengatakan bahwa masalah besarnya bukan dengan Aggeles, melainkan dengan perusahaan yang menjual sperma karena lalai dalam memeriksa latar belakang donor dengan saksama.
Baca Juga: Metode
Kasus ini semakin mendorong para pelaku industri bank sperma untuk melakukan pengawasan yang lebih besar tentang asal muasal donor.
Di Indonesia sendiri, aktivitas donasi sperma ataupun sel telur dilarang dan diatur dalam Undang-Undang tentang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Reproduksi Nomor 41 Tahun 2014 demi menghindari risiko yang tak diinginkan.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Source | : | nakita,kompas |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR