Nakita.id – Tentunya lingkungan kita tidak akan terlepas dari yang namanya sampah, betul tidak Moms?
Bagaimana biasanya Moms mengelola sampah rumah tangga? Apakah hanya dengan membuangnya saja ke tempat pembuangan akhir?
Tahukah Moms ternyata isu sampah ini merupakan salah satu tantangan besar yang sedang dihadapi lingkungan.
Baca Juga: Sadari Pentingnya Pendidikan, Di Sekolah Ini Siswa Bisa Bayar Uang Sekolah dengan Sampah Plastik!
Jakarta sendiri sebagai Ibu Kota terus mengalami kenaikkan dalam jumlah sampah setiap tahunnya.
Hingga saat ini sampah dari Ibu Kota mencapai 7.500 ton setiap harinya yang diantar ke tempat pembuangan akhir.
Perkiraan tahun 2021 nanti tempat pembuangan akhir Bantar Gebang sudah tidak akan mampu lagi menampung sampah warga.
Tentunya hal ini menjadi perhatian sehingga pemerintah daerah mulai menjalankan beberapa program pengurangan sampah.
Faktanya 52 persen dari sampah yang setiap harinya ada itu berasal dari sisa makanan baik dari rumah ataupun jasa penyedia makanan.
Sampah yang berasal dari sisa makanan ini disebut dengan sampah organik.
“Lifestyle kita sekarang lebih dimudahkan untuk konsumsi, bayangkan lima tahun terakhir ini ada teknologi-teknologi baru yang membuat kita dimanjakan, makan tidak perlu capek, tinggal pakai gadget kita sudah bisa mendapatkan makanan.” Ujar Andono Warih Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
Hal ini dianggap bagus akan tetapi juga dianggap memengaruhi lingkungan oleh Andono Warih.
Cenderung konsumsi akan berlebihan dan kita tidak menghabisinya maka akan menimbulkan penumpukan sampah yang belum tentu bisa didaur ulang.
Faktanya frekuensi paling banyak sampah makanan itu berasal dari pemukiman warga sendiri atau rumah.
Angkanya mencapai 60 persen sampah sisa makanan yang berasal dari sisa makanan pemukiman.
Lalu sekitar 28 persen berasal dari jasa penyedia makanan dan hanya 0,01 persen yang bisa diolah oleh teknologi.
Jadi Moms bisa bayangkan bahwa sisanya semua tertumpuk di pembuangan akhir yang volumenya sudah hampir penuh.
Baca Juga: Tak Banyak Diketahui! Ini Beda Manfaat Bawang Hitam dan Bawang Putih
Jadi pemerintah memang mengajak kita dari diri sendiri untuk mengurangi perilaku konsumtif yang berlebihan.
Untuk sampah di rumah sendiri pemerintah berharap bisa diminimalisir sendiri dengan konsumsi makanan secukupnya.
Sehingga nantinya kita tidak akan menaikkan jumlah sampah yang ada di Ibu Kota ini melalui sisa makanan.
Baca Juga: Asam Lambung Suka Bertamu? Obati dengan Bahan Alami Ini Moms!
Selain itu ini juga berlaku untuk Moms yang memiliki bisnis pribadi terutama bisnis makanan dan minuman.
Adanya kebijakan-kebijakan tertentu seperti denda untuk tamu yang menyisakan makanan di restoran.
Hal kecil seperti ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang makanan.
Efek jangka panjangnya adalah berkurangnya sampah dari sisa makanan dari jasa penyedia makanan ataupun pemukiman.
Selain itu, pemerintah daerah menginginkan pemilik gedung ataupun restoran berpartisipasi dalam program Jakarta Less Waste Initiative for Building and Restaurant.
Dimana dalam program ini nantinya pemilik usaha akan diedukasi mengenai isu sampah, konsultasi dan pentingnya mengolah sampah sendiri.
Program ini akan berjalan selama 6 bulan yaitu mulai Juni-November 2019.
Peserta dengan praktik terbaik akan mendapatkan penghargaan yang diberikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta.
Program ini dianggap efektif untuk sedikit demi sedikit mengurangi sampah dimulai dari komitmen dan kebijakan penyedia jasa.
Hal ini juga sesuai dengan cara mengurangi sampah yaitu menerapkan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, dan menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Ada juga cara efektif lain mengurangi sampah yaitu dengan aktif mengajak masyarakat untuk bijak kelola sampah.
"Kami memiliki target bersama yaitu adanya pengurangan jumlah sampah sebanyak 20 persen dan penanganan atau pengolahan sampah sebanyak 80 persen di wilayah Jakarta melalui program ini,” imbuh Andono Warih.
Beliau berharap dengan adanya insiatif dari pemilik usaha minimal mereka bisa mengurangi sampah sebanyak 10 persen dari lokasi usahanya sehingga tidak perlu dibawa ke Bantar Gebang.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR