"Infeksi biasanya terjadi pada kelainan lensa, katarak. Kebanyakan karena virus rubella TORCH (Toxoplasa, Rubella, Cytomegalovarius, and Herpes implex Virus) atau virus kucing, itu tetap banyak," kata Doni saat dijumpai di Yogyakarta, Selasa (17/10/2017).
Dia mengungkapkan, semua persoalan kelainan pada mata dicegah sejak ibu mengandung.
"Perlu dicatat, 80 persen penyakit itu dapat dicegah. Jadi, angka (kasus kelainan pada anak dengan angka tertinggi yakni refraksi dan katarak, red) itu dapat ditekan 80 persen dengan pencegahan," tegas Doni.
Baca Juga: Baru 8 Bulan Menikah, Unggahan Istri Ketiga Opick Tentang 'Pisah Ranjang'
Riset menunjukkan adanya Myopia Boom, meningkatkan populasi anak yang mengalami rabun jauh.
Salah satu faktor utama yang makin membuat The Myopia Boom melesat naik adalah gaya hidup anak.
Dalam satu dekade belakangan, anak-anak cenderung menghabiskan waktu dengan menatap layar monitor terlalu lama.
Baca Juga: Viral Video Siswi SMA 4 Prabumulih Bully dan Aniaya Adik Kelasnya, Kepala Sekolah:
"Kalau seperti itu, mereka cenderung melihat dekat terlalu sering, apalagi sambil tiduran. Atau berjam-jam melihat televisi. Faktor radiasi dan kebiasaan melihat dekat itu yang merusak mata," jelas Doni.
Hal semacam ini, sebenarnya ada batasannya. Dia mengungkapkan, melihat dekat boleh, tapi maksimal hanya satu jam.
Jika memang harus melanjutkan pekerjaan, seharusnya ada waktu untuk mata beristirahat.
Source | : | Kompas.com,Instagram |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR