Tabloid-Nakita.com - Semua perempuan bisa mengalami hamil di luar kandungan. Bahkan, 1 dari 100 kehamilan terjadi di luar kandungan.
TabloidNakita.com- Kehamilan dikatakan normal apabila sel telur yang berhasil dibuahi bergerak dari saluran telur (tuba falopi) menuju ke rahim dan menempel di dindingnya. Akan tetapi, bisa terjadi sel telur yang telah dibuahi sperma tetap tinggal di saluran telur (tuba falopi) dan berkembang menjadi embrio. Kondisi inilah yang disebut kehamilan di luar kandungan atau kehamilan di luar kandungan yang terjadi pada 1 dari 100 kehamilan. Kondisi tersebut akan menimbulkan rasa sakit luar biasa dan pendarahan. Bila tidak segera diatasi, saluran telur bisa pecah dan terjadilah pendarahan dalam.
Apa penyebab hamil di luar kandungan?
Kehamilan di luar kandungan biasanya terjadi karena kerusakan saluran telur (tuba falopi). Ini menyebabkan penyumbatan atau penyempitan saluran yang akhirnya menghambat telur mencapai tujuannya. Alih-alih, berkembang di dinding rahim, telur malah tertahan dan berkembang di saluran telur (tuba falopi).
Kapan kehamilan ini bisa dideteksi?
Biasanya, kehamilan ektopik terdeteksi pada usia kehamilan 4 minggu sampai 10 minggu. Gejalanya baru akan terasa sekitar dua minggu setelah Anda terlambat haid. Pada kasus kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan), kecil kemungkinan janin yang dikandung bisa bertahan hidup. Namun seorang calon ibu tetap bisa mengalami kehamilan yang sehat apabila kondisi ini terdeteksi dan ditangani dengan cepat.
Siapa yang berisiko mengalaminya?
Perempuan manapun bisa mengalami kehamilan di luar kandungan. Tapi, risikonya semakin meningkat pada mereka yang:
- Mengidap penyakit radang panggul, akibat infeksi klamidia yang menular melalui hubungan seksual. Ini menyebabkan kerusakan saluran telur (tuba falopi).
- Memiliki endometriosis tuba. Kondisi ini meningkatkan risiko luka dan perlengketan di saluran telur (tuba falopi).
- Pernah mengalami pembedahan di bagian perut, misalnya operasi usus buntu atau operasi sesar.
- Hamil melalui program bayi tabung. Anda harus memeriksa dimana embrio ditanamkan.
- Merokok. Sekitar 11 persen kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) disebabkan rokok.
- Sudah pernah mengalami kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan). Pada perempuan yang memiliki riwayat ini, risikonya meningkat dari 1: 100 menjadi 1: 10 orang.
- Hamil pada usia kurang subur (sudah cukup tua).
Apa gejala hamil di luar kandungan?
Tanda-tanda awal kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) mirip dengan gejala menstruasi, seperti kram perut dan keluar sedikit darah. Anda bisa melakukan identifikasi lebih lanjut apabila muncul gejala-gejala, seperti:
- Perbedaan warna darah. Darah yang keluar karena kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) biasanya berwarna lebih gelap atau lebih terang, juga lebih encer daripada biasanya.
- Rasa nyeri yang hebat dan terus-menerus di satu sisi perut bagian bawah.
Bila kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) tidak terdeteksi sejak awal, maka ada kemungkinan saluran telur (tuba falopi) pecah karena terdesak oleh embrio yang semakin membesar. Gejala-gejalanya sebagai berikut:
- Muncul rasa nyeri yang parah di seluruh bagian perut secara tiba-tiba.
- Berkeringat, merasa pusing atau hampir pingsan, diare, atau ada darah dalam feses Anda.
- Pingsan atau syok akibat pendarahan yang parah.
- Nyeri pada bahu. Ini terjadi apabila pendarahan internal sampai mengganggu organ-organ lain.
Bila mengalami gejala-gejala di atas, apa yang harus dilakukan?
Secepatnya harus pergi ke rumah sakit untuk dirawat secara intensif oleh dokter. Lebih cepat Anda memeriksakan diri, risiko pendarahan parah akan semakin kecil. Kemungkinan besar kesuburan Anda masih bisa dipertahankan. Setibanya di rumah sakit, Anda akan menjalani tes kehamilan, pemeriksaan panggul, dan ultrasound (USG) untuk melihat kondisi rahim dan saluran telur (tuba falopi).
Apakah ini memengaruhi kesuburan?
Mungkin saja. Apabila saluran telur (tuba falopi) Anda tidak rusak setelah kehamilan ektopik, maka kemungkinan Anda masih bisa mengalami pembuahan (konsepsi). Namun, apabila salah satu saluran telur (tuba falopi) Anda pecah karena kehamilan tersebut, maka kemungkinan hamil pun akan berkurang. Apalagi, bila saluran telur (tuba falopi) yang lainnya juga terkena infeksi radang panggul atau endometriosis. Namun, perlu diingat, sekitar 65 persen perempuan yang pernah mengalami kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) bisa hamil lagi dalam jangka waktu 18 bulan.
Deasy Christina Siallagan
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
KOMENTAR