Soeharto dan Ibu Tien berkunjung ke tempat BJ Habibie di Jerman membawa oleh-oleh dari ibu BJ Habibie.
Baca Juga: 5 Kebiasaan Pagi yang Sering Dilakukan Banyak Orang Ini Ternyata Justru Bikin Gemuk Lho!
Keakraban itu pun berlanjut hingga mereka menjadi pasangan Presiden-Wakil Presiden pada tahun 11 Maret 1998 sampai 21 Mei 1998.
Akan tetapi di akhir masa kepemimpinan Soeharto, beliau sangat enggan menemui BJ Habibie.
"Sangat saya sayangkan bahwa Pak Harto ketika itu tidak berkenan berbicara dengan saya," ujar BJ Habibie yang dilansir hot.grid.id melalui buku Detik-detik yang Menentukan Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, terbitan THC Mandiri.
Baca Juga: Usia Hampir Menginjak 50 Tahun, Ini Loh Rahasia Awet Muda Gunawan Sudrajat
Sampai akhirnya 20 Mei 1998 tiba di mana Soeharto hanya menugaskan Menteri Sekretaris Negara untuk menyampaikan putusan bahwa ia akan mundur sebagai presiden.
Sesuai UUD 1945, maka kekuasaan dan tanggung jawab Soeharto akan diemban oleh Wakil Presiden RI, BJ Habibie di Istana Negara.
"Saya sangat terkejut dan meminta agar segera dapat berbicara dengan Pak Harto. Permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan. Ajudan Presiden Soeharto menyatakan akan diusahakan pertemuan empat mata dengan Pak Harto di Cendana besok pagi sebelum ke Istana Merdeka," ujar Habibie.
BJ Habibie yang tidak mendapatkan penjelasan apa pun sontak bingung dengan apa yang terjadi.
Dua Resep Spesial ala Anchor yang Wajib Dicoba, Meracik Keajaiban Momen Liburan Bersama Keluarga
Source | : | bobo,Wartakota,hot.grid.id |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR