Perlahan tapi pasti ia mulai "sembuh", meski Bell's Palsy sendiri belum ada obatnya. "Sekarang bisa dikatakan kesembuhannya sudah mencapai 80 persen. Terapi mungkin hanya dilakukan seminggu sekali," katanya.
Aliya mengatakan, bell's palsy memberi hikmah bagi dirinya. Aliya menjadi lebih peduli pada hal kecil seperti memakai helm tertutup atau masker saat berkendaraan, tidak mandi di malam hari, tidak banyak keluar malam, tidak menghidupkan kipas angin apalagi sampai menyemprot muka, atau tidur-tiduran di lantai.
Baca Juga: Waspada, Flu Dapat Berkembang Menjadi Bell's Palsy atau Stroke Ringan
Serangan saraf Menurut penjelasan dr.Roeslan Yusni Hasan, Sp.BS, dari RS.Mayapada Jakarta, kelumpuhan pada Bell's Palsy dapat disebabkan karena serangan pada saraf kranial nomer 7, bagian tepi (perifier). "Saraf ini unik karena dia panjang dan menikung, melewati lorong yang disebut facialis kanalis. Lorong ini terletak di dasar tulang tengkorak," katanya.
Peradangan pada bagian saraf tersebut menyebabkan bengkak sehingga saraf menyempit dan terjadi perubahan pada otot wajah.
Gejala lain yang menyertai bell's palsy adalah mata yang tidak bisa dipejamkan dan telinga yang lebih peka (hiperakuisisi).
Meski belum diketahui pasti, virus herpes diduga menjadi penyebab peradangan. "Penyebab pastinya belum diketahui. Namun untuk peradangan mungkin diakibatkan serangan virus," kata Roslan.
Ia menambahkan, ada beberapa kondisi yang membuat seseorang rentan terkena Bell's Palsy, yakni ibu hamil, penderita diabetes, dan penderita infeksi saluran nafas.
Hal ini dikarenakan penurunan daya tahan, dan buruknya sistem aliran darah (vaskulerisasi). Meski belum ada obatnya, Roslan menyarankan penderita bell's palsy tidak perlu khawatir. "Sekitar 60-85 persen penderita bell's palsy sembuh sendiri karena sifat penyakit yang self limiting disease. Yang penting tetap hidup sehat dan kontrol pola makan," katanya.
Namun Roslan tidak mengatakan berapa lama penyakit tersebut akan sembuh.
Baca Juga: Tampil Beda Pakai Cadar, Alyssa Soebandono Tuai Banyak Pujian, Cantik!
Penggunaan obat antiradang dan antivirus bisa membantu mengatasi penyakit ini.
Selain itu, pasien yang sulit memejamkan mata juga disarankan menggunakan penutup mata untuk menghindari infeksi.
Source | : | Kompas.com,Mirror |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR