Nakita.id - Apa yang dimainkan balita dulu? Mereka bermain kucing-kucingan di rumah, berjalan di atas pematang sawah, atau bermain bola di lapangan tanah.
Mereka asyik bermain bersama, tak peduli menang ataupun kalah.
Tak usah heran, tingkat konsentrasi dan fokus anak-anak jaman dulu sangat baik.
Kemampuan sosialnya juga sangat baik.
Namun, hal itu tampaknya sulit terjadi sekarang.
Perkembangan teknologi membuat semua orang memfokuskan energi pada benda kecil bernama gadget.
Baca Juga: Kesuksesan Bisnis Kateringnya Bikin Banyak Orang Heran, Sapri Ternyata Pernah Dikira Ikut Pesugihan
Ya, gadget adalah istilah benda kecil dengan teknologi canggih dan sambungan internet, bisa berupa smartphone, tablet, jam tangan, dll.
Betapa banyak kita lihat balita, bahkan yang usianya masih 2-3 tahun, sudah senang bermain gadget, baik itu smartphone, tablet, dan sebagainya.
Mata mereka anteng memelototi layar handphone berukuran kecil selama berjam-jam untuk menonton youtube.
Orangtua pun kebanyakan diam, bahkan senang karena dapat menenangkan si kecil saat rewel atau kerap mengganggu orangtua yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Gadget ibarat permen yang dapat menyulap anak rewel dan merepotkan menjadi tenang.
Hanya saja, banyak orangtua tak menyadari bahaya gadget bagi anak.
Gadget dapat mengganggu kecerdasan anak karena dia cenderung pasif menerima stimulasi satu dimensi.
Sedangkan di usia ini, anak perlu mendapatkan stimulasi multtidimensi yang dapat diraba, dipegang, dirasakan, bahkan dicium.
Tak hanya itu, kebiasaan bermain gagdet juga dapat merusak kesehatan, utamanya mata.
Inilah yang dialami seorang ayah dengan batita di kota Bangkok , Thailand ini.
Baca Juga: Dari Mata Lelah Hingga Penglihatan Kabur, Ini Risiko Iritasi Mata Bagi Anak yang Sering Main Gadget
Dikutip dari akun facebook Kotim, lelaki pemilik akun Facebook Dachar Nuysticker Chuayduang membagikan pengalamannya melalui sebuah unggahan.
Dachar menyadari bahwa ia melakukan sebuah kesalahan besar pada sang putri.
Sejak usia putrinya 2 tahun, Dachar sudah mengenalkannya pada gadget, terutama ponsel dan iPad.
Pola asuh itu nyatanya membuat putri Dachar kecanduan gadget.
Tiap kali tak diizinkan bermain ponsel, sang putri akan kesal, marah, hingga menjerit-jerit.
Karena tak tahan, Dachar akhirnya selalu memberikan ponsel setiap putrinya mulai rewel.
Hal itu dilakukannya agar putrinya kembali tenang dan diam hingga tak menggangung aktivitas Dachar.
Dulu, ia tak menyadari perilakunya salah,namun sekarang ia menyesal seumur hidup.
Gadis kecil itu divonis dokter menderita mata malas dengan satu mata miring atau juling, salah satu komplikasi paling serius dari miopi dan astigmatisme.
Akibatnya, di usia yang masih kecil, putri Dachar harus merasakan dinginnya meja operasi.
Dokter memutuskan ia harus menjalani operasi mata sebelum matanya menjadi buta.
Penyebab mata malas yang paling umum adalah kelainan refraksi seperti rabun jauh, rabun dekat, astigmatisme, pembiasan terdistorsi, juga juling.
Dokter juga mengatakan bahwa melihat ponsel dan tablet dari jarak dekat secara instensif lah yang menyebabkan ia menderita gangguan ini.
Menurut hasil penelitian di Korea Selatan, anak-anak yang sering menggunakan ponsel pintar atau tablet beresiko besar mengalami mata juling sementara.
Selain durasi pemakaian yang terlalu sering, jarak yang terlalu dekat dengan mata kemungkinan menjadi penyebab gangguan juling atau mata yang tidak searah.
Setelah melakukan operasi, dokter menyarankan agar Dachar membatasi waktu putrinya untuk bermain smartphone, tablet atau menonton layar tivi karena cahaya yang dipancarkan layar perangkat ini akan memengaruhi matanya.
Ponsel dan tablet tidak hanya memengaruhi penglihatannya, tetapi juga membuatnya sulit untuk fokus belajar.
Baca Juga: Batasi Penggunaan Gadget Pada Si Kecil Agar Bisa Mendapatkan Aspek Ini
Melalui cerita putrinya, Dachar ingin memperingatkan orang tua lainnya, terutama orang-orang yang memiliki anak kecil agar mereka tidak membiarkan anak-anak mengenal perangkat seluler seperti ponsel pintar, tablet terlalu dini.
Amblyopia atau mata malas terjadi ketika salah satu mata tidak berkembang dengan benar, misalnya salah satu mata rabun jauh dan yang lainnya tidak.
Dalam kondisi ini, otak akan terus memiliki 2 gambar yang akan membingungkan yakni gambar yang buram dan jelas.
Kondisi ini akan membuat kerja otak menjadi ekstra hingga akhirnya otak bisa memilih gambar yang lebih jelas dan menghiraukan gambar yang kabur.
Mata tidak menunjuk pada arah yang sama menjadi penyebab umum mata malas.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anak berisiko mengalami gangguan penglihatan permanen saat memasuki usia usia 6-10 tahun.
Kondisi ini juga dapat menyebabkan kebutaan pada mata malas karena otak mengabaikan rangsangan yang dikirim dari bagian mata tersebut.
Otak merasa tidak mendapat rangsangan sehingga lama-kelamaan saraf pada mata malas akan rusak dan menyebabkan kebutaan permanen.
Karenanya, mengatasi kecanduan gadget pada anak memang penting.
CARA MENGATASI KECANDUAN GADGET
Bisa dibilang kalau kehidupan anak-anak kita zaman sekarang sulit untuk lepas dari gadget, Moms.
Pada kenyataannya, ada sisi positif dan negatif dari penggunaan gadget pada anak-anak.
Mau tidak mau, sebagai orangtua kita harus tahu cara membatasi gadget pada anak bila nyatanya ada sisi negatif di baliknya.
Di zaman digital ini pasti banyak anak yang kerap menghabiskan banyak waktu di depan layar baik layar handphone maupun televisi.
Tidak hanya menganggu perkembangan otaknya, kebiasaan buruk ini dapat mengganggu kesehatannya.
Malas bergerak akan membuat si kecil mudah sakit.
Untuk itu, Moms perlu mencegah anak kecanduan gadget dengan cara berikut seperti dikutip dari tabloid nakita ini:
1. Menyiapkan jadwal rutin
Anak adalah sosok yang mudah untuk melakukan sebuah kebiasaan.
Maka, Moms harus menghentikan kebiasaan anak dengan kebiasaan baru.
Meskipun membutuhkan waktu, kondisi ini akan membantu si kecil tidak ketergantungan pada perangkat elektronik.
Misalnya setelah selesai sarapan, biasakan meluangkan waktu untuk bermain di luar ruangan.
Kebiasaan rutin ini akan membuatnya terbiasa melakukan aktivitas fisik dibanding melihat gadget saja.
2. Jangan fokus pada kegiatan olahraga saja
Melakukan kegiatan fisik tidak hanya seputar olahraga.
Jika Moms memaksa Si Kecil dengan melakukan olahraga.
Hal ini akan menjadikan si kecil menganggap olahraga jadi tugas yang membebani mereka.
Moms bisa melakukan kegiatan sederhana seperti keluar rumah dua hingga tiga kali sehari.
Saat keluar rumah dorong si kecil untuk berjalan, melompat, bermain bola, naik sepeda dan aneka kegiatan fisik lainnya.
Baca Juga: Baju Renang Syar'i Kartika Putri Curi Perhatian, Yuk Lihat Modelnya!
3. Memberinya pilihan
Untuk menarik perhatiannya agar mau bergerak, Moms bisa melibatkan si kecil untuk memilih kegiatan fisik apa yang akan dilakukan.
Ada berbagai ide kreatif yang bisa Moms lakukan untuk si kecil seperti mencari serangga atau bermain petak umpet.
Hal yang lebih penting yakni membiarkan si kecil mendapatkan udara segar dan bergerak.
Baca Juga: Batasi Penggunaan Gadget Pada Si Kecil Agar Bisa Mendapatkan Aspek Ini
4. Jangan berikan iming-iming hadiah
Olahraga bukanlah sesuatu tugas yang perlu diwajibkan secara paksa.
Si kecil harus dibiasakan olahraga hingga akhirnya ia melakukan olahraga dengan sendirinya.
Berikan waktu olahraga yang menyenangkan seperti menggantinya dengan waktu bermain.
Hal ini akan menimbulkan motivasi dalam diri mereka sehingga Mama tak perlu memancing dengan hadiah.
Source | : | Facebook,nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR