Nakita.id - Moms, belakangan heboh kisah seorang bayi yang berusia 14 bulan dicekok kopi oleh orangtuanya.
Hal ini tentu saja membuat warganet prihatin.
Sebab, di usia itu si kecil masih bisa mendapatkan ASI yang gratis, mudah, dan meriah.
Bahkan saking seringnya meminum kopi, bayi ini pun sampai menangis jika tidak dibuatkan kopi sebelum tidur.
Kejadian itu pun lantas mendapat simpati dari berbagai pihak, termasuk dari dinas kesehatan.
Mengutip dari Kompas.com, tim medis dari Dinas kesehatan Polewali Mandar, Sulawesi Barat akhirnya turun tangan untuk memeriksa kondisi kesehatan bayi 14 tersebut.
Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polman, Mandaria Saleh mengatakan, dari hasil pemeriksaan petugas medis serta kartu menuju sehat (KMS) posyandu menunjukkan, grafik kesehatan dan gizi Khadijah berada di warna hijau yang artinya pertumbuhan Khadijah normal.
Meski hasil pemeriksaan kesehatan sang bocah tidak menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan pertumbuhan kesehatan, tapi dalam jangka panjang bisa berpotensi menganggu pertumbuhan Khadijah.
Karenanya petugas kesehatan telah berdiskusi dengan orangtua Khadijah agar kebiasaan minum kopi segera dihentikan.
Dampak buruk minum kopi bagi bayi seusia Khadijah memang belum bisa terlihat saat ini.
Tapi dalam jangka panjang akan berdampak buruk. “Karenanya kita sudah mengimbau orangtua dan keluarga bocah Khadijah agar kebiasaan menyeruput kopi tubruk itu tidak lagi dilakukan. Petugas kesehatan telah menyalurkan bantuan susu dan makanan pelengkap seperti biskuit agar bocah Khadijah bisa minum susu dan tumbuh sehat seperti anak seusianya,” ujar Mandaria.
Diketahui sebelumnya, Anita, ibunda sang bayi mengaku kerap memberikan kopi karena tak mampu membeli susu.
Gaji Rp20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.
"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi. Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur," jelas Anita saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (14/9/2019).
Menurut Anita, Ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.
Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra. Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp40.000.
Itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra.
Saat bahan bakunya habis ia kerap beristirahat sampai ada bahan baku terkumpul untuk diolah.
Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus disuguhi kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Salmaa Awwaabiin |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR