“Berpakaian seperti itu karena orang sini pendidikan agamanya kuat. Mereka mengamalkan ilmunya itu,” ujar Kepala Dusun Temboro, Ulul Azhar kepada Kompas.com.
Keberadaan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro, menurut Ulul Azhar tidak dipungkiri membawa perubahan besar terutama kebiasaan berbusana tertutup seperti saat ini.
Selain itu, kebiasaan lain yang berubah adalah banyak warga yang beraktivitas jalan kaki baik ke masjid maupun ke pasar.
Tak heran jika sepanjang jalan Desa Temboro dipenuhi dengan warga yang berbusana seperti di Arab.
Masuk Waktu Salat, Masjid Penuh dengan Jemaah Desa Temboro juga disebut sebagai Kampung Madinah, dimana seluruh warga di desa tersebut mengenakan busana muslim yang tertutup bagi perempuan dan prianya mengenakan jubah dalam kegiatan sehari hari layaknya di Kota Madinah.
Selain busana yang khas, masjid dan surau di wilayah Desa Temboro menurut Ulul Azhar selalu penuh jemaah saat masuk waktu salat.
Semua kegiatan warga mulai perdagangan hingga perkantoran akan berhenti sejenak saat azan berkumandang. "Biar subuh, seluruh masjid di sini penuh dengan jemaah yang salat. Seluruh warga di sini beragama Islam dan kami mau mengamalkan ajaran agama,” imbuhnya.
Meski berada dalam kawasan Pondok Pesantren Al Fatah, warga Temboro mempunyai kegiatan sendiri.
Menurut Ulul Azhar, saat bulan Ramadhan, 29 masjid dan surau di Desa Temboro melakukan salat tarawih dengan bacaan Al quran satu juz setiap malam. “Kalau di pesantren ada yang salat tarawih khataman. Kalau di seluruh masjid kampung sini, salat tarawihnya khatam satu juz setiap malam,” katanya.
Warga Desa Temboro juga rutin menggelar pengajian setiap Kamis malam setelah maghrib. Setelah salat isya, banyak warga yang melalukan taklim dan dzikir serta berkunjung pada warga yang tidak hadir saat pengajian.
Mereka juga akan menggelar pengajian besar saat memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia dengan mengundang grup kesenian islami. "Paling ramai kalau 17-an. Selain pengajian juga ditampilkan grup kesenian barzanji,” kata Ulul Azhar.
Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah santri yang mondok di Pondok Al Fatah Temboro, karena selain santri pemula, ada juga santri yang hanya mondok dalam hitungan bulan.
Namun dipekirakan ada 15.000 santri yang menuntut ilmu di pesantren tersebut.
Desa Temboro memiliki luas wilayah lebih dari 517 hektar dan 40 persen lahan merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan pondok pesantren.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Desa Madinah di Magetan, Aktivitas Warga Berhenti Saat Azan Berkumandang"
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | kompas |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR