Mereka lebih memilih untuk memusatkan perhatian pada hal lain, misalnya menunduk dan menatap kakinya sendiri.
Dengan begitu, mereka tidak perlu merasakan betapa sakit dan malunya dikritik habis-habisan oleh orangtua.
Jadi, semakin sering Si Kecil diberi kritikan, semakin besar kemungkinan ia tidak akan mendengarkan kritikan tersebut.
Orangtua yang merasa diabaikan pun jadi makin pedas mengkritik dan memarahi Si Kecil.
Dalam jangka panjang, bias perhatian yang ditunjukkan anak ditambah dengan kritikan orangtua yang berlebihan bisa membuat anak kesulitan untuk mengenali emosi dari ekspresi wajah orang lain.
Ini karena mereka sudah terbiasa (secara tidak sengaja) untuk tak mengacuhkan emosi orang lain.
Padahal, kemampuan untuk mengenali emosi sangat penting bagi Si Kecil untuk mengekspresikan emosinya sendiri dan juga untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Selain perkembangan emosional yang terganggu, kesehatan mental Si Kecil juga bisa terganggu jika orangtua terlalu kasar dalam mengkritik anak.
Pola asuh anak seperti ini menurut Greg Hajcak Proudfit, psikolog di Stony Brook University mungkin saja membuat Si Kecil jera.
Namun, bisa juga membuat Si Kecil terkena gangguan kecemasan.
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR