Nakita.id – Dalam sebuah keluarga, terkadang orangtua menerapkan aturan tertentu untuk anak-anaknya.
Sayangnya, aturan tersebut sering kali membuat anak merasa terkekang dan bahkan menyalahartikan aturan tersebut.
Alhasil, tak jarang hal tersebut membuat anak menjadi mudah marah.
Kendati demikian, jangan labeli Si Kecil sebagai anak yang pemarah ya, Moms.
Baca Juga: Berikan Perlindungan Alami Saat Puasa, Si Kecil Sehat dan Orangtua Pun Tenang
Pasalnya, pemberian label justru dapat membuat orang lain memandang kepribadian si penyandang label sesuai dengan label yang diterimanya.
Tak hanya itu, anak yang sering dibilang pemarah, lama kelamaan akan memposisikan dirinya sebagai anak yang pemarah pula.
Agar sikap pemarah Si Kecil ini tak berkelanjutan sampai dewasa, Moms dapat melakukan tiga cara berikut ini yang dikutip dari Kompas.com:
1. Ekspresikan dengan kata-kata dan tulisan
Kecerdasan emosional yang tepat, dan kontrol diri, bisa diungkapkan dengan cara menempatkan perasaan dalam kata-kata.
Moms dapat membantu Si Kecil untuk mengatasi rasa marah dengan konsisten mendorong mereka untuk berbagi apa yang membuat mereka marah.
Misalnya, dengan membuat daftar paling umum yang bisa memicu amarahnya.
Tuangkan melalui kata-kata dalam daftar tersebut, apa saja yang bisa membuat mereka marah.
Kemudian bandingkan antara daftar yang Moms buat dan daftar milik Si Kecil, untuk mendapatkan pemahaman bersama tentang cara mengendalikan rasa marah.
2. Terbuka pada rasa marah
Sejak masih balita, anak-anak sering dibujuk untuk menyangkal perasaan marah.
Ungkapan seperti "Jangan marah" memberikan pesan pada balita bahwa kemarahan adalah hal yang buruk dan salah.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Berhenti Labeli Si Kecil dengan Kata 'Cengeng', Ini Tips Mudah Cara Atasinya
Padahal, sebenarnya marah tidaklah selalu buruk.
Mengekang rasa marah justru akan membuat mereka melakukan tindakan yang tidak baik dan memberontak ketika dewasa.
Dibanding melarang anak untuk mengekspresikan kemarahannya, lebih baik Moms menunjukkan rasa empati ketika menghadapi kemarahan anak.
Sampaikan bahwa marah sebenarnya tidak masalah, yang penting bagaimana mengontrol emosi dengan lebih efektif.
3. Siap menerima kemarahan
Kunci terakhir untuk membantu anak agar menerima dan mengelola kemarahan dengan baik adalah dengan bersedia menerima kemarahan anak.
Sebagai orangtua, pasti sulit untuk berada dalam posisi ini, terutama ketika Moms merasa di posisi yang benar.
Meski begitu, ketika Moms bersedia menerima kemarahan anak, hal tersebut akan mengirim pesan yang kuat bahwa keluhan mereka didengarkan, dan perasaan mereka diperhatikan oleh orangtuanya.
Setelah kemarahan Si Kecil mereda, Moms bisa menasihati anak dengan lembut, sehingga anak mau mendengarkan saran orangtua, dan menyesali sendiri kesalahannya.
Cara ini jauh lebih baik dibanding dengan berdebat dan balik memarahi anak ketika mereka sedang emosional.
Cara tersebut juga hanya akan mengirimkan sinyal negatif kepada anak bahwa orangtua mereka tidak mengerti perasaan mereka, atau bahkan merasa tidak dicintai.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR