Nakita.id - Ini bukan berita yang baik, ya Moms, tapi setidaknya membuat kita waspada. Bagaimana tidak, sejak Januari 2017 hingga sekarang ada 450 kasus infeksi difteri di Indonesia dengan penderita terbanyak pada usia 5-9 tahun.
Dikutip dari harian Kompas (04/12/2017), menurut Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan, Mohamad Subuh, 19 provinsi melaporkan adanya dugaan kejadian luar biasa (KLB) difteri, diantaranya Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa BArat, dan Sumatera Barat.
Tentu kejadian ini tak bisa disepelekan oleh para orangtua. Terlebih infeksi ini lebih banyak menyerang balita daripada orang dewasa. Untuk itu Moms perlu tahu tentang bahaya penyakit ini dan apa yang harus dilakukan agar si kecil tidak terjangkit.
Difteri ialah penyakit infeksi yang menyerang membran mukosa tenggorokan dan hidung disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae. infeksi itu menyebabkan terbentuk selaput tebal di tenggorokan yang menghalangi saluran napas. Akibatnya, pasien kesulitan bernapas hingga meninggal.
Baca juga: Mengenal Difteri Pada Anak
Selain itu, difteri menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak dan lemas. Gejala lainnya, suara serak, nyeri saat menelan, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, sulit benapas atau napas cepat.
Pada tahap lanjut, difteri dapat menyebabkan kerusakan jantung, ginjal dan sistem saraf.
Baca juga: 6 Cara Supaya Bayi Tidak Kesakitan Saat Imunisasi
Penularan difteri bisa melalui bersin, kontaminasi barang pribadi, barang yang dapat dipakai bersama seperti handuk atau mainan, menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi difteri.
Hal yang perlu Moms lakukan untuk menghindari infeksi, dianjurkan bila memiliki bayi atau balita segera melakukan imunisasi secara lengkap.
Sebabnya, diketahui pula sekitar 60% pasien yang terkena difteri setahun terakhir ternyata tidak pernah diimunisasi. Pada beberapa daerah, hal persentase ini dilatar belakangi adanya gerakan antivaksin di beberapa provinsi.
Menurut Subuh, faktor imunisasi ini penting sebagai pencegahan terjangkitnya bakteri. Beberapa penyebab lainnya ialah, pertama anak tidak mendapat imunisai sama sekali, kedua imunisasi didapat tidak lengkap, dan ketiga imunisasi sudah lengkap tapi tidak optimal.
Setiap anak harus mendapatkan tiga kali imunisasi DPT sebelum umur 1 tahun, sekali pada tahun kedua, dan sekali pada usia 5 tahun atau sebelum masuk sekolah dasar.
Baca juga: Pekan Imunisasi Dunia 2017: 7 Fakta Tentang Pentingnya Imunisasi
"Anak usia sekolah dasar perlu mendapat imunisasi difteri lewat program Bulan Imunisasi Anak Sekolah. Jika ini tidak berjalan, imunisasi difteri tak akan maksimal," ujar Aman Bhakti Pulungan, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Moms, jelas ya, bahwa manfaat imunisasi ternyata mampu mencegah infeksi difteri pada bayi dan balita. Maka itu, perhatikan selalu jadwal rutin kapan si kecil harus diimunisasi. Imunisasi ini bisa dilakukan di puskesmas terdekat.
"Imunisasi mampu mencegah difteri sehingga petugas harus mencari cara menghadapi warga yang menolak imunisasi," kata Saifulloh, Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. (*)
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR