Nakita.id - Baru-baru ini publik dikagetkan dengan pengakuan Ariel Tatum mengenai kondisi kejiwaannya.
Ternyata selebriti tanah air yang cantik ini akui dirinya mengidap Borderline Personality Disorder (BPD).
Dalam bahasa Indonesia kondisi kejiwaannya itu disebut dengan gangguan kepribadian ambang.
Di mana pengidapnya bisa kesulitan untuk bersosialisasi dan kepikiran untuk membahayakan diri sendiri.
"Menurut aku yang paling parah percobaan bunuh diri sih pastinya. Terus sama melukai diri sendiri. Menurut aku udah enggak wajar ya karena aku pun enggak sadar akan hal itu," ungkap Ariel Tatum dikutip dari Grid.Id ditemui saat melakukan seminar Lets End The Shame, di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (19/10/2019).
Melansir dari Kompas.com, seorang Dokter Spesialias Kejiwaan Gina Anindyajati membeberkan tentang hal ini.
Baca Juga: Ariel Tatum Menderita Gangguan Mental, Begini Cara Ia Sembuhkan Seperti yang Marshanda Lakukan
Ia mengatakan bahwa BPD atau gangguan kepribadian ambang sudah masuk dalam kategori gangguan jiwa.
Gangguan kepribadian yang satu ini merupakan pengalaman internal dan perilaku yang terus ditunjukkan.
Tampak sebagai pikiran, perasaan, hubungan interpersonal, serta kendali impuls seseorang dalam kehidupan.
"Adapun pola ini menunjukkan deviasi yang bermakna dari norma budaya yang berlaku serta ekspektasi masyarakat pada umumnya," kata Gina kepada Kompas.com, Sabtu (19/10/2019).
Gina mengatakan, untuk bisa disebut sebagai gangguan, maka sifatnya harus pervasif (menetap) dan infleksibel (sulit berubah).
Ada juga stabil sepanjang waktu (bukan sesuatu yang episodik atau hilang timbul), serta menimbulkan penderitaan dan kesulitan dalam menjalankan fungsi kehidupan.
"Secara umum, orang dengan gangguan kepribadian ambang menunjukkan masalah dalam mengendalikan impuls (dorongan bertindak) dan regulasi emosi," ujar Gina.
Salah satu contohnya seperti tidak bisa meluapkan emosi dan berakhir dengan perilaku impulsif seperti membahayakan diri.
"Selain itu melihat dunia sebagai suatu yang hitam putih (tidak bisa menerima area abu-abu), sehingga seringkali salah mengartikan tindakan dan motivasi orang lain yang berujung pada perselisihan," jelas Gina.
Melansir dari Mayo Clinic, biasanya mereka yang mengidap gangguan kejiwaan ini akan kesulitan memiliki hubungan baik pertemanan atau pun percintaan.
Contoh berikutnya orang dengan gangguan kepribadian ambang akan memiliki anggapan diri yang tidak stabil yang memunculkan ketakutan akan pengabaian.
Gejala seseorang mengidap Borderline Personality Disorder:
- Perubahan cepat dalam identitas diri, di mana pengidapnya bisa merasa bahwa dirinya benar-benar tidak ada
- Memiliki paranoia yang berhubungan dengan stres dan hilangnya kontak dengan kenyataan, berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam.
- Ketakutan yang kuat akan pengabaian, bahkan melakukan tindakan ekstrem untuk menghindari pemisahan atau penolakan yang nyata atau yang dibayangkan.
- Pola hubungan intens yang tidak stabil, seperti mengidealkan seseorang pada suatu saat dan kemudian tiba-tiba percaya bahwa orang itu tidak cukup peduli atau kejam.
- Ancaman atau perilaku bunuh diri atau cedera diri, hal ini sebagai respons terhadap rasa takut akan penolakan atau perpisahan.
- Perasaan kosong yang cukup panjang.
- Kemarahan yang tidak pantas dan intens, seperti sering kehilangan kesabaran, bersikap sarkastik atau pahit, atau bertengkar fisik.
- Perubahan suasana hati yang luas berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari, yang dapat mencakup kebahagiaan yang intens, lekas marah, malu atau cemas.
-Perilaku impulsif dan berisiko, seperti perjudian, mengemudi sembrono, hubungan seks yang tidak aman, menghabiskan waktu.
-Makan berlebihan atau penyalahgunaan narkoba, menyabot kesuksesan dengan tiba-tiba berhenti dari pekerjaan yang baik atau mengakhiri hubungan yang positif.
- Boleh jadi sangat posesif terhadap pasangan atau orang yang dicintainya, sehingga selalu mengamati jejak dan langkahnya di media sosial, sangat cemburu, dan kadang menganggap semua wanita yang dekat dengan pasangan adalah ancaman.
- Ia sangat ketakutan bila ditinggalkan atau kurang diperhatikan, ada ketakutan kalau berpisah, utamanya dengan orang yang dicintainya.
Seperti gangguan kejiwaan yang lainnya, penyebab dari BPD sendiri belum ada 'pasti' penyebabnya.
Ada faktor lingkungan, dan ada juga faktor pelecehan atau pun penelantaran anak seperti genetika.
Di mana jika ada keluarga yang mengidap gangguan yang sama maka akan mudah seseorang untuk terkena juga.
Selain itu ada studi yang menyatakan bahwa gangguan bahan kimia yang membantu mengatur suasana hati tidak berfungsi dengan baik.
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic,Grid.id |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR