Nakita.id - Sosok Christiany Eugenia Paruntu atau Tetty Paruntu menjadi sorotan usai dirinya hadir di Istana Kepresidenan pada Senin (21/10/2019) kemarin.
Tetty Paruntu merupakan mantan Bupati Minahasa yang menjabat pada tahun 2010-2015.
Kontroversi Tetty Paruntu dimulai ketika Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin menyebut perempuan 52 tahun itu sebagai 'tamu tak diundang'.
Padahal, pada saat bersamaan sejumlah tokoh hadir ke Istana untuk memenuhi panggilan Jokowi sebagai calon menteri Kabinet Indonesia Maju.
"Tidak (diundang Presiden), tadi datang untuk menemui Pak Airlangga (Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto)," kata Bey, Senin.
Namun, pernyataan Bey diklarifikasi oleh Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman.
Menurut Fadjroel, perempuan yang disapa Tetty itu dicoret di menit akhir karena rekam jejaknya terkait korupsi.
"Memang diundang, tapi ada pertimbangan prinsip kehati-hatian," kata Fadjroel di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Tetty Paruntu yang mengenakan setelan kemeja putih lengan panjang berbalut celana panjang hitam dan kacamata hitam masuk ke dalam lingkungan Istana melalui pintu yang menghadap Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Perempuan kelahiran 1967 itu terlihat hanya melambaikan tangan kepada awak media yang memanggilnya.
Bahkan, ketika sejumlah wartawan mengerumuninya, ia hanya mengangkat tangan kanan sembari memasuki gerbang lingkungan Istana Kepresidenan.
Tak ada satu pun pernyataan yang terlontar dari politikus Partai Golkar itu.
Kedatangan Tetty Paruntu sejak awal cukup menyita perhatian.
Sebab, berdasarkan penelusuran, Tetty sebelumnya pernah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan suap yang melibatkan Bowo Sidik Pangarso.
Pemeriksaan tersebut dilaksanakan pada 26 Juli 2019.
Tetty saat itu diduga memberikan suap kepada Bowo sebesar Rp2,6 miliar atas kerja sama pengangkutan pupuk dan gratifikasi senilai Rp7,7 miliar terkait jabatannya sebagai pimpinan Komisi VI.
Sejumlah media pun akhirnya ramai memberitakan soal kedatangan Tetty ke Istana.
Tiga jam berselang sejak Tetty masuk sekitar pukul 09.40 WIB, belum ada tanda-tanda ia akan keluar.
Padahal, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang telah masuk terlebih dahulu sudah keluar sekitar pukul 10.00 WIB.
Demikian pula Komisaris Utama NET TV Wishnutama Kusubandio dan pendiri dan CEO Gojek Indonesia Nadiem Makarim yang tiba setelahnya.
Hingga akhirnya sekitar pukul 14.00 Ketua DPP Partai Golkar Airlangga Sutarto menemui awak media.
Selain untuk menjelaskan alasan kedatangannya ke Istana, Airlangga juga mengungkapkan soal kehadiran Tetty.
Baca Juga: Sah! Nadiem Makarim Duduki Jabatan Ini Dalam Kabinet Jokowi-Ma'ruf
"Ya, tentu banyak hal karena beliau sebagai bupati, banyak hal yang dibahas. Belum tentu dengan Pak Presiden," ucapnya.
Tak lama kemudian, Bey Machmudin mengungkapkan, kedatangan Tetty bukan untuk bertemu Presiden, melainkan untuk menemui Airlangga.
"Tadi ada Ibu Tetty usul dari Partai Golkar. Beliau bertemu Pak Airlangga," kata Bey.
Ia pun menegaskan, Tetty tidak menjadi salah satu kandidat menteri yang diundang Presiden.
"Tidak diundang," ucap Bey.
Setelah bertemu Airlangga, Tetty langsung meninggalkan Istana.
Juru Bicara KPK Febri Diansyah membenarkan soal pemeriksaan Tetty terkait kasus yang menjerat Bowo.
"Saat itu, kami menelusuri dugaan sumber gratifikasi yang diberikan kepada anggota DPR, Bowo Sidik, terkait revitalisasi pasar di Minahasa Selatan," kata Febri dalam keterangan tertulis, Senin siang.
Baca Juga: Kini Jadi Menteri, Pria Ini Sempat Jadi Kontroversi karena Pernah Dipecat dari Pekerjaannya, Siapa?
Hingga kini, proses persidangan kasus tersebut masih berlanjut.
Dalam pengembangan, KPK baru saja menetapkan Direktur PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK) Taufik Agustono.
"Terkait pemberi gratifikasi belum ada tersangka baru, nanti kami perlu cermati dulu fakta yang muncul di persidangan" ucap dia.
Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F Paulus mengonfirmasi, Tetty gagal masuk ke dalam Kabinet Kerja Jilid 2.
Pembatalan itu diputuskan setelah Tetty menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait kasus Bowo Sidik.
Ia mengatakan, Tetty sudah membantah keterlibatannya dalam kasus Bowo Sidik.
"Pak Pratikno menanyakan masalah itu kepada Bu Tetty. Bu Tetty sudah menjawab bahwa itu tidak benar dia melakukan tindakan itu. Terkait dengan apa Bowo Sidik dan sekda dan sebagainya," kata Lodewijk di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Menurut dia, kehadiran Airlangga ke Istana justru untuk membantu mengklarifikasi isu keterlibatan Tetty dalam kasus Bowo Sidik.
"Pak Airlangga ya membantu mengklarifikasi masalah itu," tuturnya.
Secara terpisah, Wakil Koordinator Bidang Kepartaian Partai Golkar Darul Siska mengatakan, sejumlah kader Partai Golkar menyayangkan Tetty gagal bertemu Jokowi, setidaknya untuk mengklarifikasi isu tersebut.
Ia berharap, penjelasan Tetty ke Pratikno dapat menjernihkan situasi dan mengklarifikasi segala tuduhan.
"Tentu banyak kader Partai Golkar ikut kecewa dan prihatin dengan kejadian tersebut. Mudah-mudahan klarifikasi yang disampaikan Ibu Tetty kepada Bapak Pratikno bisa menjernihkan situasi dan mengklarifikasi berbagai tuduhan yang ditujukan kepadanya," kata Darul saat dihubungi.
Darul mengatakan, Golkar siap mengganti nama Tetty dari daftar nama-nama kader yang diajukan menjadi menteri jika diminta Jokowi.
"Kalau diminta lagi oleh Presiden saya kira begitu akan dari daerah yang sama dengan kompetensi yang cukup memadai dan tetap ke Golkar," ujar dia.
(Artikel ini sudah tayang di Grid Pop dengan judul: Dicoret di Menit Akhir hingga Tersingkir Dari Posisi Menteri, Begini Polemik Tetty Paruntu yang Bikin Istana Terpaksa Lakukan Klarifikasi: Dia Sudah Bilang Itu Tidak Benar!)
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Source | : | Grid Pop |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR