Nakita.id - Situs berita di Amerika di tahun 2017 ini memberi peringkat untuk negara-negara yang memiliki pola asuh terbaik pada anak.
Swedia, Norwegia, ditambah Denmark merupakan negara yang terletak di semenanjung Skandinavia dan dinobatkan sebagai pola asuh terbaik.
Selain memiliki status perekonomian yang kuat, pemerintah Skandinavia paling loyal memberi cuti khusus urusan orangtua dibanding negara-negara lain.
Baca juga: Pola Asuh yang Membuat Anak Laki-laki Tumbuh Jadi Pria Bertanggungjawab
Tak heran, jika negara itu selalu menyabet ranking tertinggi untuk gelar negara dengan pengasuhan anak terbaik.
Membiarkan anak main kotor dan berantakan
Sementara orang tua di negara lain melarang anak-anaknya bermain kotor, anak-anak di Skandinavia justru dibiarkan menggali tanah dan menginjak-injak lumpur.
Membiarkan anak menggali tanah dan bermain kotor, menurut mereka baik untuk kesehatan.
"Orangtua harus membiarkan anak-anak bermain di luar ruangan cipratan lumpur sebenarnya baik untuk kesehatan anak-anak, " tutur Dr Keya Lahiri, Chief Pediatrician Dr. D.Y Patil Hospital, India.
Baca juga: Waspada! Pola Asuh Ini Penyebab Anak Tumbuh Menjadi Psikopat
Bermain di luar rumah dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berinteraksi dan komunikasinya, terutama terhadap orang di sekitarnya, baik dewasa maupun teman sebaya. "Melakukan kegiatan fisik di alam bebas juga dapat meningkatkan ketahanan fisik," ujar Tremblay dari The Healthy Active Living and Obesity Research Group.
Bebas bermain sepulang sekolah
Anak-anak di Skandinavia yang diberi kebebasan memanjat pohon, bermain api, berlatih menggunakan alat-alat, dan berjalan ke taman bermain di lingkungan mereka sendiri.
Menurut Kathleen Alfano, Ph.D., seorang spesialis pengembangan dan bermain, membiarkan anak beermain di luar membantu mereka mengeksplorasi lingkungan mereka, mengembangkan kekuatan otot dan koordinasi, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Tidak memaksa anak belajar lebih awal
Orang tua Skandinavia terutama mengharapkan satu hal dari anak-anak mereka di tahun-tahun pertama: mereka menghabiskan waktu sebanyak mungkin untuk bermain.
Sekolah formal di sana umumnya dimulai ketika anak menginjak usia 6 sampai 7 tahun.
Kebanyakan orang tua dan guru prasekolah setuju bahwa anak-anak akan belajar apa yang perlu mereka pelajari saat mereka siap, dan tidak ada tekanan untuk mengajari anak-anak cara membaca dan menulis lebih awal.
Menurut Amanda Morgan, pelatih dan kosultan masa kanak-kanak, orang dewasa tidak bisa terburu-buru menyuruh otak anak-anak untuk belajar lebih banyak, lebih cepat, atau belajar dengan gaya orang dewasa.
"Dasar-dasar pembelajaran dibangun melalui permainan dan pengalaman. Dan anak-anak jangan sampai melewati tahap itu. Kurikulum yang ‘memaksa’ tidak membantu anak-anak untuk maju, tapi hanya mengabaikan peran penting yang sangat mendasar," kata Morgan.
Dua Resep Spesial ala Anchor yang Wajib Dicoba, Meracik Keajaiban Momen Liburan Bersama Keluarga
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR