Secara ekonomi prostitusi ternyata memiliki potensi yang sangat besar.
Dengan putaran uang 32 triliun rupiah per tahun tentu sangat menarik dari sisi bisnis.
Dari data diatas jelas terlihat bahwa permintaan terhadap layanan esek-esek yang bernama prostitusi sangat tinggi.
Barangkali pertumbuhan permintaan bisa mencapai 500 persen setiap tahunnya.
Apalagi jika dikelola dengan konsep bisnis yang modern, pasti omset yang dihasilkan dapat mengalahkan bisnis kelapa sawit yang kini anjlok ke dasar laut.
Saya rasa praktik prostitusi di Indonesia perlu ditelusuri secara mendalam. Perlu ada lembaga khusus yang diberikan tugas untuk melakukan penelitian secara lengkap.
Mulai dari sisi suplai, proses, hingga pasar. Lembaga tersebut dapat mengkaji secara ekonomi berapa tingkat putaran uang di bidang ini.
Mencuatnya isu prostitusi beberapa hari ini, telah mengingatkan masyarakat kembali soal gang Dolly di Surabaya sebelum akhirnya ditutup. Dimana Dolly merupakan salah satu lokalisasi terbesar di Surabaya bahkan di Indonesia yang dikenal dengan pasar jajanan seks yang ramai dikunjungi oleh pembeli layanan seks.
Menurut Direktur Eksekutif Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PBaca Juga: Diduga Akan Kerja di Lembaga Pemerintahan, Putri Pariwisata yang Terjerat Prostitusi Online Ternyata Sempat Minta Bantuan Urus SKCKKBI) Inang Warsito mengatakan, lokalisasi prostitusi tumbuh karena adanya permintaan.
Pada umumnya pasar prostitusi adalah para laki-laki hidung belang dari berbagai kalangan profesi dan tingkat pendapatan.
Diperkirakan ada 10 juta laki-laki pembeli seks dan 60 persennya sudah menikah.
Source | : | kompasiana |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR