Nakita.id - Sejak menjadi juri di ajang "Master Chef Indonesia", nama Arnold Poernomo atau yang dikenal sebagai Chef Arnold menjadi dikenal publik.
Chef yang memiliki gaya judes itu pun sering menjadi bahan perbincangan di Twitter karena cuitan lucunya.
Baru-baru ini, pria berusia 31 tahun ini terlibat perdebatan sengit dengan selebgram sekaligus selebtweet Raden Rauf pada Selasa,(10/11/19).
Pemicunya bermula dari foto sambal terasi yang diunggah oleh akun @FOODFESS2.
Baca Juga: Bak Pinang Dibelah Dua, Intip Tampan dan Machonya Adik Chef Arnold! Chef Kelas Dunia
Seorang sender merasa gagal karena membuat sambal terasi dengan cara diblender.
"Fess aku buat sambal terasi kublender kok jadi kayak begini ya?" bunyi keterangan foto sambal yang tampak encer.
Tak disangka, foto sambal tersebut mendapat komentar dari Chef Arnold.
Ia mengkritik unggahan tersebut karena menurutnya sambal seharusnya diulek.
"Semuanya aja sekalian diblender, makan pakai sedotan," balas Chef Arnold.
Tidak lama kemudian, cuitan Chef Arnold disahuti oleh Raden.
"Ya udah sih chef biarin aja, nggak semuanya harus sesuai sama lu juga kan," cuitnya.
Tak mau kalah, Chef Arnold kembali menimpali omongan Raden yang membalas cuitannya.
Ia menegaskan bahwa cara mengolah sambal yang benar adalah diulek, kecuali sambal cabai untuk makanan berkuah.
"Nggak juga si tong, tapi memang sambal itu diulek bukan diblender cair.. kecuali cabai buat yang berkuah, BTW Anda siapa sih? Pakar kegalauan?" balas Chef Arnold dengan menyentil Raden yang memang sering membuat sesi curhat soal kegalauan.
Warganet yang melihat adu mulut antara Chef Arnold dan Raden justru menunggu keributan.
Chef Arnold lantas mencecar Raden dengan beragam sindiran sampai mengajak Raden gelut.
"Udah om 'hot dedi' mending urusin hot hot yang lain deh nanti saya sambel kepedesan loh, mewek, " tantang Chef Arnold.
Sampai saat ini, belum diketahui cuitan Chef Arnold dan Raden itu hanya candaan semata atau benar-benar luapan emosi.
Yang jelas, foto sambal terasi diblender itu sempat membuat Chef Arnold dan Raden perang sindiran.
Source | : | |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR