Nakita.id - Membicarakan masalah kesehatan reproduksi dan seksual adalah topik yang cukup sensitif serta dianggap tabu.
Kebanyakan orangtua bahkan terkesan menghindari membicarakan masalah ini karena stigma yang terlanjur muncul.
Namun tahukah Moms, jika terlambat bahkan enggan untuk memberi edukasi soal masalah intim ini pada Si Kecil juga meningkatkan risiko pada masa depannya?
Baca Juga: Latih Kemandirian Si Kecil Usia 12-18 Bulan, Bagaimana Caranya?
Sebuah riset yang dilakukan oleh Reckitt Benckisser Indonesia menemukan jika remaja memiliki risiko 50:50 tertular penyakit seksual, seperti HIV/AIDS.
Ini disebabkan keterlambatan edukasi masalah kesehatan reproduksi pada remaja rentang usia 14 - 18 tahun.
Tak mengetahui masalah reproduksi dari orang yang tepat lantas meningkatkan kemungkinan aktivitas seksual yang tak aman pada remaja.
Sayangnya, tak semua orangtua memahami permasalahan pelik ini.
Dari hasil riset yang sama, sebanyak 63% responden orangtua menganggap jika memberikan edukasi kesehatan reproduksi seolah-olah memperbolehkan hubungan intim sebelum menikah.
Inilah stigma yang sulit dihilangkan, menyebabkan anak merasa sungkan bertanya pada orangtua, bahkan berujung mencari tahu dari teman atau tempat yang salah.
Padahal pendidikan soal hal yang dianggap tabu ini malah sebaiknya dimulai sejak dini, karena memang harus secara bertahap.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Hanny Nilasari, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV, menjelaskan jika tak mungkin edukasi masalah reproduksi bisa langsung dilakukan saat anak remaja.
"Tidak bisa langsung anaknya remaja, omonginnya dari A sampai Z, itu rasanya nggak mampu terlaksana," jelas Dokter Hanny pada Media and Community Gathering Durex RB, Kamis (21/11/2019).
Baiknya, Dokter Hanny menambahkan, mulai usia 3 - 5 tahun anak diajarkan soal perbedaan laki-laki dan perempuan.
Beri penjelasan mudah dimengerti tentang kenapa manusia diciptakan dalam 2 bentuk berbeda, dan seperti apa perbedaannya.
Kemudian masuk usia pubertas, orangtua juga harus siap dengan berbagai saran serta pengawasan berbeda disesuaikan dengan kebutuhan anak saat itu.
Psikolog Klinis yang kerap berhadapan dengan remaja, Inez Kristanti, menambahkan kunci penting pada pendidikan reproduksi ini.
Penting sebelum memberikan pendidikan ini, Moms dan Dads memiliki kedekatan dengan anak.
"Jadi memang mulanya dari komunikasi dua arah yang dibiasakan sejak kecil," tambah Inez.
Ini penting, sebab akan sangat sulit bagi orangtua yang berjarak atau terasa asing bagi anak dalam membahas hal yang cukup sensitif ini.
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR