www.Tabloid-Nakita.com. Pada dasarnya, merobek adalah kegiatan yang menyenangkan bagi batita, sebab kegiatan tak terstruktur ini memberi mereka peluang untuk lebih banyak melakukan eksplorasi dan manipulasi bentuk. Psikolog Fitri Arlinkasari MPsi mengatakan, “Kegiatan merobek, menggenggam, atau membalik halaman kertas merupakan bagian dari kegiatan yang dapat merangsang motorik halus anak batita.”
Pada awalnya batita tertarik memegang lembaran kertas, majalah, atau buku karena bentuk atau warnanya yang menarik bagi mereka. Kemudian, mereka akan mencoba memegang dengan cara menggenggam dan meremas dengan kedua tangan. “Aktivitas ini sangat normal, bahkan berguna untuk melatih otot jemari mereka,” lanjut psikolog yang akrab dipanggil Inka ini. Seiring bertambahnya usia dan kematangan, anak akan belajar menggunakan tekanan dari ibu jarinya untuk ‘memeras’ kertas dari dua sisi yang berlawanan. Inilah yang kemudian membuat kertas robek.
SENSASI MENYENANGKAN
Alasan batita senang merobek karena ini kegiatan yang menyenangkan yang menghasilkan sensasi tertentu yang dapat ditangkap oleh indra anak. Misalnya, suara kertas yang dirobek. Suara ini rupanya memberikan kesenangan tersendiri bagi anak. Selain itu perubahan bentuk kertas juga menyenangkan bagi anak karena mereka menemukan bentuk-bentuk baru dari kertas yang semula utuh. “Awalnya mereka akan merobek dalam ukuran besar, namun lambat laun, dengan bertambahnya keterampilan ini, mereka akan merobek semakin kecil,” papar Inka.
Sederhana, ya? Tetapi demikianlah dunia batita. Melalui kegiatan ini batita Mama Papa akan memahami cara memodifikasi bentuk dengan kedua tangannya sendiri. Tak hanya melatih motorik halus, beberapa riset menemukan bahwa aktivitas seperti merobek, melipat, dan meremas kertas bisa menjadi salah satu kegiatan katarsis untuk mengurangi ketegangan atau stres, tak hanya pada anak-anak tetapi juga orang dewasa.
Alasannya, karena kegiatan merobek tidak menimbulkan banyak suara yang berpotensi menganggu ketenangan orang lain di sekitar anak. Jadi, Inka menambahkan, “Tidak ada salahnya juga untuk menggunakan teknik merobek kertas sebagai salah satu cara untuk mengalihkan energi anak saat tantrum, atau mengekspresikan emosi negatif berlebih yang ditampilkan anak, daripada membiarkan anak berteriak atau menyakiti dirinya sendiri.”
AKTIVITAS TAK BERSTRUKTUR
Kegiatan merobek kertas, selain menimbulkan sensasi menyenangkan, juga disukai batita karena aktivitas ini tidak berstuktur. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), kegiatan atau permainan yang sifatnya tidak terstruktur penting untuk tumbuh kembang anak. Kegiatan ini mengajarkan anak untuk bekerja dengan tempo dan caranya sendiri, mendorong anak mengambil keputusan secara mandiri, mengenal minat, membuat target hasil untuk dirinya sendiri, dan—yang terpenting—mengasah kreativitas, sebab kegiatan ini dilakukan secara bebas serta tanpa tuntutan dari orang lain.
Karena merupakan kegiatan yang tak terstruktur, merobek tidak perlu dilatihkan secara khusus. Menurut Inka, aktivitas ini akan terjadi secara alami pada batita dengan perkembangan yang normal. “Pada usia yang lebih matang, anak akan menumbuhkan minat pada aktivitas-aktivitas baru yang melibatkan koordinasi mata dan tangan, namun minat ini amat bergantung pada kesempatan yang didapatkan untuk mengaktualisasikannya,” ujar Inka.
Kegiatan menggunting dan melipat kertas juga merupakan salah satu contoh kegiatan yang dikembangkan dari aktivitas koordinasi mata-tangan. Namun, tentunya kedua aktivitas tersebut belum dapat ditampilkan dengan cukup baik oleh batita dan baru dapat mulai diajarkan atau diperkenalkan pada usia di atas 3 tahun. Ini karena baru pada usia tersebut, otot-otot tangan anak cukup matang dan biasanya pada usia 4 tahun anak akan mulai mahir mengenggam gunting dengan benar, meski mungkin belum mahir untuk memotong. Menginjak usia 4 hingga 5 tahun, anak mulai bisa menggunakan gunting untuk memotong kertas, meski belum bisa memotong kertas dengan bentuk yang rumit. Namun, semua itu diawali dengan latihan motorik halus sederhana: merobek kertas! (*)
Editor: Santi Hartono. Foto: laughingkidslearn.com
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR