Menurut Jacqueline, para awak kabin merasa dalam tekanan yang luar biasa saat bekerja selama masa kepempimpinan Ari.
Bahkan, saat melakukan kesalahan sepele, manajemen langsung memindahtugaskan awak kabin tersebut ke lokasi yang sangat jauh.
"Mereka (awak kabin) takut ada yang terancam, contoh, lakukan kesalahan sedikit langsung dipindahkan ke Papua, kemudian kesalahan yang harusnya masuk dalam pembinaan, tiba-tiba di-grounded, tidak boleh terbang," tambahnya.
Tak hanya itu, Jacqueline juga mengatakan bila di masa jabatan Ari, para awak kabin memiliki jam kerja yang di luar batas.
Oleh sebab itu, banyak awak kabin yang mengalami sakit dan akhirnya dirawat di rumah sakit.
"Contoh schedule Sydney-Jakarta-Sydney, itu harusnya tiga hari, tapi jadi PP (pulang pergi). Itu beri dampak tidak bagus kepada awak kabin, sekarang sudah ada delapan orang yang diopname," ucap Jacqueline mengutip dari Kompas.com.
Source | : | Kompas.com,Nakita.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR