Sebaliknya, difteri masih umum terjadi di negara berkembang di mana tingkat imunisasi rendah.
BACA JUGA: Tips Sederhana Menata Makeup saat Dibawa Traveling agar Tidak Rusak
Saat ini, penyakit ini tidak hanya bisa diobati tapi juga bisa dicegah dengan vaksin.
Indonesia sudah melaksanakan program imunisasi, termasuk imunisasi difteri sejak lebih dari lima dasawarsa lalu.
Vaksin untuk imunisasi difteri ada tiga jenis, yaitu DPT-HB-Hib, vaksin DT dan vaksi Td yang diberikan pada usia berbeda.
Umumnya, vaksin difteri dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis).
Vaksin tiga dalam satu ini dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis.
Vaksinasi diberikan melalui suntikan di lengan atau paha, diberikan pada anak-anak pada usia dua, empat dan enam bulan, 15 sampai 18 bulan dan empat sampai enam tahun.
Imunitas terhadap difteri berkurang seiring waktu, dan suntikan booster lebih lanjut mungkin diperlukan, Moms.
Program vaksin yang mengandung difteri direkomendasikan untuk siapa saja yang belum pernah divaksinasi.
Tiga dosis diberikan pada interval bulanan dan dua dosis penguat lebih lanjut diberikan 10 tahun terpisah.
Difteri, tetanus dan pembekuan batuk rejan direkomendasikan untuk orang dewasa berusia 50 tahun ke atas dengan dosis sesuai resep dokter.
Pemberian vaksinasi difteri mungkin bisa menyebabkan beberapa efek samping.
Efek sampingnya bisa berpaa; demam ringan, kantuk atau nyeri di tempat suntikan.
Tanyakan kepada dokter apa yang dapat Anda lakukan untuk meminimalkan atau mengurangi efek ini.
Source | : | nakita.id |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR