Nakita.id - Hingga kini, Minggu (2/2/2020), korban virus corona terus bertambah.
Komisi Kesehatan Nasional China telah mencatat sebanyak 304 orang meninggal dari 14.380 orang yang terinfeksi virus corona.
Tentu saja angka tersebut bukan angka kecil yang harus diabaikan.
Dari belasan ribu kasus tersebut, bisa dipastikan lebih dari 90 persen adalah warga di daratan China.
Oleh karenanya, dokter di China, khususnya Wuhan harus bekerja ekstra.
Banyaknya pasien mengakibatkan tenaga medis di banyak rumah sakit di Wuhan overworked (terlalu banyak bekerja).
Dilansir dari South China Morning Post (01/02/2020), para dokter di Wuhan mengalami banyak hal tidak mengenakkan, mulai dari overworked, dipukuli keluarga pasien hingga kekurangan persediaan medis.
Tidak pulang 2 minggu
Seorang dokter di rumah sakit Wuhan mengatakan dia tidak pulang selama 2 minggu.
Bahkan selama shift tengah malam baru-baru ini, dia memiliki 150 pasien yang mengantre di klinik rawat jalan.
Dokter dan perawat bekerja tanpa henti, shift malam penuh, dan mereka dikelilingi oleh pasien yang batuk sepanjang malam.
Para dokter juga harus menjalankan banyak tes pada pasien. Sementara itu di RS Union Wuhan bekerja 15-16 jam sehari.
"Semua pasien gelisah. Beberapa menjadi putus asa setelah menunggu berjam-jam dalam cuaca dingin," kata seorang dokter.
Dipukuli keluarga pasien
Pada Rabu (29/01/2020), 2 dokter di Fourth Hospital Wuhan dipukuli oleh anggota keluarga pasien dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Dikutip dari Beijing Youth Daily melalui SCMP, salah satu pakaian pelindung dokter robek di zona terinfeksi.
Seorang dokter yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, emosi keluarga pasien semakin tinggi karena rumah sakit telah berjalan pada kapasitas maksimum sejak awal Januari.
Kaernanya, banyak yang tidak mendapatkan kamar. Kekurangan pasokan medis Pada hari Kamis (30/01/2020), seorang dokter dari unit bedah syaraf di RS Union Wuhan mengatakan bahwa rumah sakit sangat membutuhkan pasokan medis.
Termasuk kacamata, pakaian pelindung sekali pakai, dan masker respirator N95.
Jas atau pakaian pelindung sekali pakai sangat dibutuhkan oleh para dokter.
Baca Juga: Viral di Facebook, Air Rebusan Bawang Putih Mampu Sembuhkan Virus Corona, Begini Kata Kemenkes
Tanpa itu, dokter tidak dapat melakukan kontak dengan pasien atau merawat mereka sama sekali.
Mereka sempat mendapat banyak sumbangan pada awalnya.
Namun ternyata banyak yang tidak sesuai dengan pedoman medis dan tidak dapat digunakan.
Memakai popok dan minum sedikit air Karena kekurangan pasokan peralatan penting, seorang dokter di RS Tongji mengenakan pakaian pelindung yang sama selama shift 10 jam.
Dia juga memakai popok dewasa dan mencoba minum lebih sedikit air selama shift.
Jadi dia tidak harus sering-sering pergi ke kamar kecil.
Hal tersebut lumrah dilakukan para dokter di sana.
Otoritas Beijing mengatakan telah mengerahkan lebih dari 6.000 tenaga medis untuk membantu rekan-rekannya yang kelelahan di provinsi Hubei, dengan Wuhan sebagai ibu kotanya.
Tentara China, angkatan laut, dan angkatan udara juga telah mengirim dokter untuk memperkuat tiga rumah sakit utama yang merawat pasien di kota.
Tetapi meskipun 500.000 staf medis di Hubei telah membatalkan liburan Tahun Baru Imlek selama sepekan terakhir, rumah sakit telah mencapai titik puncaknya.
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Perjuangan Dokter di Wuhan, Dipukuli hingga Pakai Popok Dewasa
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR