Nakita.id - Banyak Moms yang masih bertanya-tanya, seberapa normalnya frekuensi buang air besar bayi.
Biasanya hal ini jadi pertanyaan saat awal-awal kelahiran si Kecil.
Namun ternyata tak hanya Moms yang kebingungan, ini adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
Bisa saja ada dua bayi dengan usia yang sama, yang sama-sama mendapatkan ASI eksklusif.
Baca Juga: Frekuensi Buang Air Besar Bayi Perlu Diwaspadai Ketika Mengeluarkan Warna Ini, Jangan Diabaikan!
Namun bayi yang satu mungkin BAB beberapa kali dalam sehari, sedang yang lainnyahanya BAB satu kali dalam seminggu.
Itu berarti, frekuensi BAB yang berbeda-beda itu normal saja.
Pada beberapa minggu awal kehidupan bayi, mungkin ada bayi yang BAB beberapa kali dalam sehari, ada juga yang BAB setiap selesai menyusu.
Seiring pertumbuhan dan perkembangannya, frekuensi BAB pun berkurang.
Pada bulan kedua, bukan hal yang aneh jika bayi tidak BAB dalam satu atau dua hari.
Dalam beberapa literatur penelitian terungkap mengenai sedikitnya frekuensi BAB bayi ASI.
Dalam makalah Lancet tahun 1951, Dr Israel Gordon mengenalkan penelitiannya tentang pola BAB pada bayi, yaitu bahwa bayi ASI akan selalu BAB setidaknya satu kali sehari.
Lalu ada penelitian pada 1988 di Inggris yang menuliskan: "Frekuensi BAB berkisar dari delapan kali per hari pada bayi ASI usia dua minggu, hingga tidak BAB selama 27 hari pada bayi ASI usia 7 dan 11 minggu. Ia baik-baik saja, terbukti dari tidak adanya tanda-tanda klinis gastrointestinal atau penyakit sistemik, dan mengeluarkan feses yang lunak dan banyak pada akhir periode. Dia hanya BAB 14 kali selama 16 minggu pertama kehidupannya."
Meskipun bayi yang digambarkan pada penelitian tersebut dianggap normal, namun tetap saja merupakan kasus yang luar biasa.
Sebagian besar sumber menyatakan bahwa frekuensi BAB seminggu sekali masih normal.
Jika lebih lama dari itu, Mama perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan bayi tidak mengalami gangguan kesehatan.
Bayi yang minum susu formula atau kombinasi antara ASI dan susu formula cenderung BAB lebih jarang dibandingkan bayi ASI.
Frekuensi BAB bayi susu formula biasanya tidak berubah selama beberapa bulan awal usia mereka, sementara bayi ASI sepertinya semakin berkurang frekuensi BAB-nya sejak bulan pertama.
Bayi susu formula juga cenderung memiliki BAB lebih keras.
Begitu mereka mengonsumsi MPASI, bayi ASI dan sufor memiliki frekuensi buang air besar yang sama, namun bayi ASI tidak selalu konsisten.
Ada beberapa penjelasan mengenai perbedaan BAB antara bayi ASI dengan bayi susu formula.
Baca Juga: BAB Cair Pada Bayi Bukan Pertanda Diare Moms, Yuk Simak Penjelasan Lengkapnya
ASI lebih muda dicerna sehingga lebih cepat dikeluarkan dengan sedikit ampas.
Bayi ASI lebih sering disusui, yang berarti mengalami stimulasi reflek gastrocolic lebih sering, yang menyebabkan meningkatnya kerja usus besar setelah makan.
ASI mengandung banyak sekali oligosakarida yang tidak dicerna dalam usus bayi yang kecil.
Jenis karbohidrat ini berfungsi sebagai prebiotik, yang masuk ke usus besar untuk difermentasi oleh bakteri usus.
Dalam ASI, oligosakarida ini memengaruhi frekuensi dan konsistensi BAB bayi ASI dengan efek mereka pada mikrobiota (flora normal pada tubuh kita) usus, dengan merangsang motilitas usus dan dengan mengikat air, efek yang sama pada serat makanan.
Mungkin Moms pernah mendengar si Kecil bersuara dan mengedan saat mengeluarkan BAB yang lunak.
Hal ini normal pada bayi, karena otot dan saraf yang dibutuhkan untuk mengeluarkan feses masih mengembangkan kekuatan dan koordinasinya.
Tetapi jika BAB keras dan menyakitkan saat dikeluarkan, maka bayi Moms mungkin saja akan enggan mengeluarkannya.
Ini tandanya bayi mengalami sembelit.
Sembelit biasanya terjadi pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan tambahan, alias makanan pendamping (MPASI).
Baca Juga: BAB Cair Pada Bayi Bukan Pertanda Diare Moms, Yuk Simak Penjelasan Lengkapnya
Berikut tanda-tanda untuk mengetahui tanda bayi sembelit.
1. Biasanya ekspresi wajah bayi saat BAB tampak tegang dan mengejan berlebihan.
2. Tekstur tinja lebih keras.
3. Makin jarang buang air Kecil atau tidak.
4. Bayi yang mengalami kesulitan BAB atau konstipasi biasanya ditandai dengan wajahnya yang tegang saat mengejan.
Hanya saja, tanda bayi alami sembelit kadang tidak semudah itu.
Sebab, wajah bayi saat BAB normal pun terlihat memerah dan diiringi air mata.
Agar lebih akurat, kenali tanda-tanda si Kecil sulit buang air besar lainnya.
Coba amati tekstur pup si Kecil!
Biasanya, bayi yang mengalami sembelit, tinjanya sangat keras.
Tidak usah heran, bila ia kesulitan dan perlu tenaga ekstra saat harus mengeluarkannya.
Baca Juga: Buang Air Besar Berdarah pada Anak, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Dengan kata lain, jika tinja tampak lunak meski BAB hanya satu kali dalam seminggu atau lebih lama, kemungkinan besar bayi tidak mengalami konstipasi.
Jika bayi ASI masih lancar buang air kecil, kemungkinan dia tidak mengalami konstipasi.
Gejala lain yang dapat diperhatikan pada bayi adalah perutnya keras atau tidak.
Pada bayi konstipasi, perutnya akan terasa lebih keras saat disentuh.
Umumnya bayi juga menangis saat BAB, terkadang ada sedikit darah pada tinja karena iritasi pada dinding anus.
Orang tua bisa memandikan bayi dengan air hangat sambil memberikan pijatan di sekitar perut bayi untuk membantu melancarkan BAB.
Pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan pendamping, kemungkinan dokter menyarankan pemberian air putih atau jus buah sebagai tambahan serat.
Penggunaan laksatif atau obat pencahar pada bayi hanya jika diperbolehkan oleh dokter.
Hindari tergesa-gesa menganggap bayi ASI mengalami konstipasi. Perhatikan dahulu tanda-tandanya dengan cermat. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, ya.
Baca Juga: Pup Bayi Berwarna Hijau, Normalkah?
Karena ada begitu banyak subyektivitas dalam menentukan frekuensi BAB pada bayi, salah satu pertimbangan paling penting adalah bagaimana pola BABA pada bayi yang normal.
Kalau si kecil biasanya BAB dengan feses yang lunak satu hingga dua kali per minggu, dan menjadi 7 hari tanpa BAB, mungkin Moms tidak perlu khawatir.
Tetapi jika bayi biasanya BAB sekali sehari dan kemudian menjadi tidak BAB selama tujuh hari, maka Moms harus khawatir.
Tidak ada salahnya Moms membawanya ke dokter agar mengetahui jika ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Pentingnya Penanganan yang Tepat, RSIA Bunda Jakarta Miliki Perawatan Khusus untuk Bayi Prematur
Source | : | Nakita.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR