Nakita.id - Pemilik perut buncit kerap kali dianggap gemas.
Tapi ternyata pemilik perut buncit tak selamanya menggemaskan lho.
Ada berbagai risiko yang mengancam pemilik perut buncit, bahkan bisa jadi mengalami komplikasi kesehatan.
Hal ini bisa terjadi karena kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan ketegangan pada tulang dan organ.
Selain itu, obesitas juga bisa memicu perubahan kompleks pada hormon dan metabolisme, serta meningkatkan peradangan di dalam tubuh.
Baca Juga: Ingin Perut Rata dan Tubuh Langsing Tanpa Diet dan Olahraga Ketat? Tentu Saja Bisa
Melansir dari berbagai sumber, kegemukan dapat memicu datangnya sejumlah penyakit berbahaya sebagai berikut:
1. Diabetes tipe 2
Memiliki berat badan berlebih termasuk salah satu penyebab utama munculnya diabetes tipe 2 atau diabetes yang tidak bergantung pada insulin.
Sementara diketahui, kelebihan lemak membuat tubuh kebal terhadap insulin, yaitu hormon yang membawa gula (glukosa) dari darah ke dalam sel-sel tubuh.
Kondisi itu akhirnya menyebabkan sel-sel tubuh tidak mendapatkan gula yang diperlukan untuk memperoleh energi.
Seiring berjalannya waktu, penyakit diabetes tipa 2 dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, kerusakan saraf, stroke, penyakit ginjal, dan gangguan penglihatan.
Jika Anda kini memiliki perut buncit, segeralah melakukan upaya penanganan, seperti mulai rutin berolahraga yang cocok untuk menurunkan berat badan.
2. Penyakit jantung
Timbunan lemak dalam tubuh dapat menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung.
Baca Juga: Rahasia Perut Rata dan Ramping, Hanya 7 Hari dengan Konsumsi Minuman Ini
Arteri yang menjadi sempit kemudian dapat menyebabkan serangan jantung.
3. Stroke
Stroke terjadi ketika suplai darah ke otak terputus.
Kondisi itu dapat disebabkan oleh timbunan lemak yang menumpuk di arteri.
Stroke dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak dan mengakibatkan berbagai kecacatan, termasuk gangguan bicara dan bahasa, otot yang melemah, dan perubahan pada keterampilan berpikir dan bernalar.
Sebuah tinjauan pada tahun 2010 terhadap 25 studi dengan hampir 2,3 juta partisipan menemukan bahwa obesitas meningkatkan risiko stroke hingga 64 persen.
4. Apnea tidur
Apnea tidur adalah gangguan di mana seseorang dapat berhenti bernapas sejenak saat tidur.
Orang yang kelebihan berat badan dan hidup dengan obesitas berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan itu.
Apnea tidur bisa terjadi karena para pemiliki perut buncit cenderung mempunyai lebih banyak lemak yang tersimpan di leher sehingga membuat jalan napas menyusut.
Jalan napas yang lebih kecil dapat menyebabkan mendengkur dan kesulitan bernapas di malam hari.
Mengurangi berat badan disinyalir dapat membantu seseorang mengurangi jumlah lemak di leher dan menurunkan risiko apnea tidur.
5. Tekanan darah tinggi
Baca Juga: Berhasil Langsingkan Tubuh Tanpa Olahraga Ekstrem, Ternyata ini Rahasia Diet Nagita Slavina
Jaringan lemak ekstra dalam tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen dan nutrisi.
Hal itu pada akhirnya menuntut pembuluh darah perlu mensirkulasi lebih banyak darah ke jaringan lemak ekstra.
Kondisi itu juga membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Peningkatan jumlah darah yang bersirkulasi memberi tekanan ekstra pada dinding arteri.
Tekanan tambahan inilah yang kemudian disebut tekanan darah tinggi atau hipertensi. Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak jantung dan arteri.
6. Penyakit hati
Orang dengan obesitas dapat mengembangkan penyakit hati yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak atau nonalcoholic steatohepatitis (NASH).
Hal tersebut bisa terjadi karena lemak berlebih dapat menumpuk di hati.
Kelebihan lemak itu kemudian dapat merusak hati atau menyebabkan jaringan parut tumbuh yang dikenal sebagai sirosis.
Baca Juga: Miliki Tubuh Langsing Meski Sudah Punya 3 Anak, Ini Tips Diet Ampuh ala Nia Ramadhani
Penyakit hati berlemak biasanya tidak memiliki gejala, tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan gagal hati.
Satu-satunya cara untuk mencegah penyakit ini adalah dengan menurunkan berat badan, berolahraga, dan menghindari minum alkohol.
7. Penyakit kantong empedu
Obesitas meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit batu empedu.
Batu empedu terjadi ketika empedu menumpuk dan mengeras di kantong empedu.
Orang dengan obesitas mungkin memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dalam empedu.
Selain itu, para pemilik perut buncit ini mungkin memiliki kantong empedu besar yang tidak berfungsi dengan baik, yang dapat menyebabkan batu empedu.
Sebagai gejala, keberadaan batu empedu bisa menimbulkan rasa sakit sehingga membutuhkan operasi untuk penanganannya.
Selain itu, seseorang dianjurkan makan makanan tinggi serat dan lemak sehat untuk dapat membantu mencegah batu empedu.
Baca Juga: Mengidap Obesitas dengan Bobot 148 Kg, Sunarti Meninggal Dunia Setelah Berhasil operasi Bariatrik
8. Kanker tertentu
Hubungan antara obesitas dengan kanker tidak sejelas dengan penyakit lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke.
Namun, memiliki badan berlebih dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker tertentu, seperti kanker payudara, usus besar, kandung empedu, pankreas, ginjal, dan prostat, serta kanker rahim, leher rahim, endometrium, dan ovarium.
Sebuah studi berbasis populasi memperkirakan bahwa sekitar 28.000 kasus baru kanker pada pria dan 72.000 pada wanita pada 2012 dikaitkan dengan kelebihan berat badan atau obesitas di Amerika Serikat.
9. Depresi
Banyak orang yang terkena obesitas mengalami depresi.
Beberapa penelitian telah menemukan korelasi kuat antara kelebihan berat badan dan masalah gangguan depresi mayor.
Orang yang terkena obesitas mungkin sering mengalami diskriminasi atau bulliying berdasarkan ukuran tubuh mereka.
Seiring berjalannya waktu, tekanan psikis tersebut dapat menyebabkan perasaan sedih atau kurang harga diri.
Jika Anda mengalami obesitas dan mengalami gejala depresi, mintalah rujukan untuk mendapatkan layanan konseling kesehatan mental.
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul 9 Penyakit yang Mengintai Para Pemilik Perut Buncit
Gift The Superpower of Play Bersama Karakter Terbaru dari Lego Brand, Cataclaws
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR