Nakita.id - Sebuah studi baru dari para peneliti di Universitas Denmark menghubungkan tidur nyenyak dan penyakit neurologis seperti Parkinson dan Demensia.
Studi yang dilakukan di Universitas Aarhaus menemukan bahwa orang yang memiliki masalah tidur selama fase rapid eye movement (REM) tidur memiliki tingkat dopamin yang lebih rendah di otak mereka.
Tingkat dopamin yang lebih rendah di otak bisa menjadi tanda peringatan untuk penyakit seperti Parkinson.
Tidur gelisah selama fase ini disebut REM behavior disorder (RBD) .
Penderita RBD terkadang bisa secara fisik mewujudkan impian mereka dengan menendang dan bergerak.
Baca juga : Asyik Main Handphone, Rombongan Ibu-ibu Bermobil Masuk Kolam Kangkung
Penyakit Parkinson menyebabkan kerusakan sel syaraf yang menyebabkan penurunan dopamin.
Penurunan tingkat dopamin menyebabkan gejala Parkinson yang meliputi gangguan fungsi motorik dan pada akhirnya dapat menyebabkan demensia.
"Pasien [RBD] ini memiliki peradangan otak di daerah di mana sel-sel saraf penghasil dopamin ditemukan," ungkap Morten Gersel Stokholm dari Universitas Aarhus dan PET Centre di Aarhus University Hospital.
Penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal neurologis The Lancet Neurology adalah yang pertama mengidentifikasi radang otak RBD sebagai pendahulu Parkinson.
Baca juga : Sedikit yang Tahu, Ini 10 Tip Bedakan Handphone Samsung Asli Vs Palsu
Stokholm mengungkapkan, "Dengan penelitian ini, kita telah mendapatkan pengetahuan baru tentang proses penyakit di otak pada tahap awal perkembangan penyakit. Idenya adalah agar pengetahuan ini digunakan untuk menentukan pasien dengan gangguan tidur yang nantinya akan mengembangkan penyakit Parkinson. Pada saat bersamaan, ini juga pengetahuan yang bisa membantu mengembangkan obat yang bisa menghentikan atau memperlambat perkembangan penyakit".
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Medical Daily |
Penulis | : | Nila Kusuma Pratiwi |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR