Nakita.id – Badan PBB bagian anak-anak memperingatkan bahwa 17 juta bayi di bawah usia satu tahun terpapar udara beracun.
Kondisi tersebut memicu perkembangan otak mereka menjadi berisiko.
Bayi di Asia Selatan terkena dampak terburuk, lebih dari 12 juta orang tinggal di daerah dengan polusi enam kali lebih tinggi dari tingkat yang aman.
Sebanyak empat juta lainnya berisiko di Asia Timur dan Pasifik.
Unicef mengatakan bahwa partikel polusi udara bisa merusak jaringan otak dan merusak perkembangan kognitif.
BACA JUGA: Kakek 88 Tahun Ini Setia Merawat Cucunya Yang Menderita Penyakit Langka
Laporan PBB mengatakan ada kaitannya dengan IQ dan memori verbal dan non-verbal, nilai tes yang dikurangi, rata-rata nilai di antara anak sekolah, dan juga masalah perilaku neurologis lainnya pada anak.
Efek dari polusi udara pada otak anak akan bertahan seumur hidup.
Pencemaran udara di Delhi memicu terjadinya krisis kesehatan.
Menurut Unicef melansir BBC, semakin banyak urbanisasi dunia yang dilakukan tanpa tindakan perlindungan dan pengurangan polusi yang memadai, menyebabkan lebih banyak anak akan berisiko terpapar di tahun-tahun mendatang.
Unicef menyarankan bagi anak-anak untuk tidak melakukan perjalanan selama lonjakan polusi.
Mereka juga meminta penggunaan masker wajah dan sistem penyaringan udara yang lebih luas sebagai perlindungan.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | BBC |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR