Nakita.id - Dalam jangka waktu tiga minggu, Korea Selatan telah mampu membuat alat tes virus corona.
Diketahui di Korea Selatan sendiri memiliki ribuan kasus corona.
Bahkan setiap harinya hampir 500 kasus terjadi di Korea.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) mengatakan Korsel memiliki 118 fasilitas yang dapat menguji dan semua hasilnya dilaporkan ke KCDC.
Sampai Senin (16/3/2020) "Negeri Ginseng" dilaporkan telah menguji lebih dari 230.000 orang.
Fasilitas pengujian drive-thru juga dibuat. Pengendara akan ditemui oleh petugas yang mengenakan baju hazmat.
"Mendeteksi pasien pada tahap awal sangat penting," kata Menteri Kesehatan Korsel, Park Neung-hu dikutip dari CNN, Senin (16/3/2020).
"Korea Selatan adalah negara terbuka dan ingin melindungi kebebasan masyarakatnya untuk bepergian. Itu sebabnya kami melakukan tes yang sangat banyak," imbuhnya.
Tahapan pembuatan
Di ruang bawah tanah kantor pusat Seegene di Seoul, alat tes virus Covid-19 ini dibuat.
Seegene adalah perusahaan yang bergerak di bidang bioteknologi molekuler.
Di sana, perusahaan itu memiliki sistem big data berbasis kecerdasan buatan, yang memungkinkan untuk membuat alat tes viruscorona secara cepat.
Alat tes ini terdiri dari beberapa botol larutan kimia. Sampel diambil dari pasien dan dicampur dengan larutan, yang bereaksi jika ada gen tertentu.
Tanpa komputer super canggih, perlu waktu 2-3 bulan untuk mengembangkan alat tes semacam itu, tapi Korsel berhasil melakukannya hanya dalam tiga minggu.
Pada 24 Januari para ilmuwan memesan bahan baku yang merekai butuhkan untuk membuat alat tes. Empat hari kemudian alat itu tiba.
Pada 5 Februari versi pertama tes sudah siap. Ini adalah kali ketiga perusahaan memakai komputer supernya untuk merancang tes, sedangkan tim penelitian dan pengembangan bekerja manual.
Komputer super itu sebelumnya pernah dipakai untuk membuat alat diagnosis urethritis, yakni radang uretra
Perusahaan merancang tes hanya menggunakan rincian genetik yang telah dirilis tentang virus corona, dan tanpa memiliki sampel Covid-19.
Cara ini tidak mengharuskan tim bekerja sepanjang hari, hanya beberapa orang yang dilibatkan.
Tahapan selanjutnya adalah mendapat persetujuan untuk melakukan tes.
Normalnya butuh waktu 1,5 tahun untuk menyerahkan dokumen-dokumen ke otoritas terkait dan membuatnya disetujui, tapi kali ini hanya butuh seminggu.
Lee Dae-hoon yang memimimpin tim ilmuwan bekerja untuk mengembangkan alat uji virus corona, telah menghabiskan banyak waktu untuk bekerja mengatasi penyakit.
Baca Juga: Daftar Wilayah yang Warganya Terinfeksi Virus Corona Terungkap, Ada yang di Luar Pulau Jawa
Dia tidak pernah melihat KCDC menyetujui pengajuan tes secepat ini.
Pada 12 Februari, Seegene keluar dan mengucapkan terima kasih pada KCDC untuk proses cepatnya.
Saat itulah para ilmuwan mengetahui pengajuan tes mereka diterima, karena pemerintah telah mengevaluasi tes dengan sampel pasien mereka sendiri.
Membagikan alat tes ke rumah sakit
Pada pertengahan Februari kasus virus corona di Korsel telah meningkat drastis, dan pada 23 Februari Presiden Moon Jae-in memperingatkan krisis ini mencapai tingkat tertinggi.
Chun Jong-yoon selaku Kepala Eksekutif dan pendiri Seegene langsung menginstruksikan 395 karyawannya untuk meninggalkan pekerjaan lain dan fokus membuat alat tes virus corona.
"Operasi darurat berarti semua divisi, Anda harus mengubah pekerjaan Anda. Semua tim kami fokus pada pengembangan produk virus corona," tuturnya dikutip dari CNN.
Seegene adalah satu dari empat perusahaan domestik yang menyediakan alat tes virus corona di Korea Selatan.
Selain permintaan dalam negeri, Seegene juga mendapat permintaan dari luar negeri, sekitar 30 negara termasuk Italia dan Jerman.
Awalnya Seegene sempat kewalahan memenuhi permintaan, tapi sekarang mereka sudah mengatasinya.
Seegene sanggup membuat sekitar 10.000 alat per minggu, dan setiap alat dapat menguji 100 pasien.
Stok pun cukup banyak untuk menguji 1 juta pasien tiap minggu, dengan biaya di bawah 20 dollar AS (setara dengan Rp 300.000) per tes.
Noh Si-won, Direktur Eksekutif Strategi Perusahaan, mengatakan ini adalah pertama kalinya dia melihat perusahaan itu memproduksi produk dalam skala sebesar ini.
Seegene bahkan masih memiliki stok untuk tiga bulan ke depan.
Namun Chun menekankan Seegene harus terus membuat alat tes ini, karena aspek kebutuhannya lebih penting daripada keuntungan finansial.
"Kami harus menyediakan atau berkontribusi dengan satu cara atau cara lain. Itu sebabnya (kami memasok) ke seluruh dunia," katanya.
Kesalahan negara lain
Chun kemudian menjabarkan kesalahan-kesalahan negara lain dalam melakukan tes. Salah satunya adalah menguj secara manual, bukan otomatis.
Semua tes dimulai dengan perawat mengambil sampel dari pasien. Jika diuji secara manual, ilmuwan akan memakai pipet untuk menempatkan alat tes ke sampel.
Namun di Korsel pengujiannya telah dilakukan secara otomatis, dengan memasukkan sampel ke mesin diagnostik.
Di dalam mesin, pipet bisa mencapur cairan dalam sejumlah tes sekaligus. Menurut Chun, hanya butuh 4 jam untuk menguji 94 pasien, empat kali lebih cepat dari tes manual.
Ini juga mengurangi risiko kesalahan manusia atau kontaminasi.
Penghambat lain bagi beberapa negara adalah jenis alat tes yang digunakan.
Ada tiga gen yang dapat diuji untuk mengonfirmasi virus corona, dan alat dari Seegene mampu memguji tiga gen dalam satu tabung.
Chun percaya jika Amerika Serikat (AS) memiliki akses ke sistem Seegene, negara itu dapat menguji 1 juta pasien seminggu.
Tapi untuk saat ini "Negeri Paman Sam" masih menunggu persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau Food and Drug Administration (FDA).
"Masalahnya adalah mereka tidak memiliki kesempatan untuk menguji orang-orang dengan benar."
"Tanpa diagnosis yang tepat, tidak ada yang tahu apa yang terjadi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com, dengan judul: Hanya dalam 3 Minggu Perusahaan di Korsel Bisa Bikin Alat Tes Virus Corona, Begini Caranya
Rayakan Ultah ke-10, Beautyhaul Berikan Diskon Hingga 90% dari Puluhan Brand Kecantikan di Beautyhaul Mart 2024
Source | : | kompas |
Penulis | : | Ela Aprilia Putriningtyas |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR