Nakita.id - Penyakit Jantung Bawaan (PJB) masih menjadi momok bagi orangtua.
Bagaimana tidak, di Indonesia saja 9 dari 1000 kelahiran bayi mengalami PJB.
Selain itu, dr. Oktavia Lilyasari SpJPIK, FIHA, ditemui dalam acara Press Conference Pencitraan Kardiovaskular dari ASMIHA (20/4), memberi gambaran jumlah kelahiran hidup sekitar 4,5 juta per tahun, terdapat lebih dari 40.000 bayi yang lahir dengan PJB.
BACA JUGA: 9 dari 1000 Bayi Baru Lahir di Indonesia Idap Penyakit Jantung
Prevalensi ini terus meningkat seiring dengan perkembangan pada penyakit tersebut.
PJB kritis yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan pada hari pertama atau tahun pertama kehidupan.
Risiko kesakitan dan kematian akibat penyakit PJB ini kian meningkat, seiring dengan adanya keterlambatan diagnosis, ataupun keterlambatan dalam merujuk ke pelayanan kesehatan selanjutnya.
BACA JUGA: Kiat Ampuh Mencegah Anak yang Suka Jajan
Kemajuan dibidang ilmu jantung anak, serta bedah jantung dalam beberapa dekade terakhir telah menimbulkan perubahan besar pada tatalaksana pasien.
Tindakan pembedahan pada PJB terdiri dari tindakan bedah paliatif dan tindakan bedah koreksi.
Tindakan bedah paliatif dilakukan pada pasien PJB yang belum memungkinkan dilakukan reparasi.
BACA JUGA: Data Pengguna Bocor, Segera Hapus 5 Hal Ini dari Akun Facebook
Bedah reparasi menjadi pilihan utama bila dimungkinkan.
Reparasi anatomi atau fisiologis menghasilkan pemisahan sirkulasi sistemik (jantung) dengan sirkulasi pulmoner (paru-paru).
Seiring dengan perkembangan teknologi, deteksi dini pun kian digencarkan.
Salah satu cara untuk mendeteksi dini penyakit jantung bawaan adalah dengan pencitraan kardiovaskular (gambar jantung).
Teknik pencitraan kardiovaskular yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi jantung seseorang.
Deteksi ini juga bahkan dapat dilakukan sejak janin di dalam kandungan.
Pencitraan kardiovaskular ini terdiri dari beberapa jenis, seperti CT, MRI, kateterisasi dan lain sebagainya.
Sayangnya kemajuan ilmu dan teknologi di bidang PUB ini tidak dapat dinikmati oleh semua anak Indonesia yang membutuhkan.
BACA JUGA: Inilah Cara Tepat Untuk Mengurangi Jumlah Perokok Anak di Indonesia
Intervensi bedah dan non bedah yang sudah berhasil dilakukan di seluruh Indonesia hanya berkisar 2.000 kasus pertahun.
Angka tersebut jauh di bawah kebutuhan, mengingat paling tidak terdapat 20.000 penderita PJB yang memerlukan intervensi setiap tahunnya.
Pencitraan kardiovaskular merupakan hal yang fundamental dalam diagnosis PJB.
Pencitraan kardiovaskular tidak hanya dapat menggambarkan kondisi anatomi dan fisiologi, namun juga membantu dalam mengevaluasi akibat dari intervensi yang diberikan, dan juga membantu penentuan prognosis pasien.
BACA JUGA: Anak Ayu Ting Ting Bergaya Putri Moana, Warganet Mengomentarinya Seperti Ini
"Sayangnya, tidak ada yang bisa mengobati penyakit ini, melainkan penanganan melalui pembedahan, baik paliatif maupun koreksi," tutupnya.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR