Nakita.id – Moms, beberapa orang mungkin mengatakan bahwa anak-anak tidak dapat menderita depresi.
Anak-anak dianggap tidak memiliki tekanan dan kekhawatiran yang sama dengan orang dewasa.
Ternyata anak-anak memiliki masalah sendiri yang bisa memicu depresi pada diri mereka.
Beberapa penyebab umum deperesi pada anak biasanya bermuara pada masalah orang tuanya.
Masalah tersebut meliputi masalah keluarga, perceraian, kematian atau penyakit pada orang tua atau keluarga dekat.
Baca juga: Terungkap Mengapa Jong Hyun Dari Grup SHINee Nekat Bunuh Diri !
Tindakan disiplin yang keras atau pelecehan di sekolah maupun di rumah, ketakutan pada ujian, intimidasi dan pengalaman traumatis seperti kebakaran atau perampokan di rumah juga bisa menjadi penyebab depresi pada anak.
Hal tersebut membuat banyak balita menjadi sangat terikat pada orang-orang yang merawat mereka.
Jika si kecil terpisah dari Moms meski hanya sebentar saja, mereka bisa menjadi sangat cemas dan kesal.
Ketakutan ini biasanya hilang seiring bertambahnya usia.
Namun ketika orang tua atau kerabat meninggal atau pergi secara tiba-tiba dapat menimbulkan perasaan ditinggalkan yang memicu depresi.
Baca juga: Ini Rahasianya Agar Tangan Tidak Keriput Meski Banyak Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga
Bayi dan balita juga dapat mengalami depresi jika ibu atau orang terdekat mereka juga menderita depresi.
Ada beberapa bukti bahwa depresi mungkin genetik dan dapat mempengaruhi keluarga.
Jika Moms menderita depresi atau tidak memiliki keterampilan mengasuh yang kompeten, Moms mungkin tidak bisa berinteraksi secara efektif dengan si kecil.
Kurangnya kasih sayang pada anak juga dapat memicu depresi pada balita.
Ketika seorang anak dari segala usia melihat orang tua mereka berdebat atau bertengkar ini dapat membuat si kecil merasa tidak aman.
Mereka mungkin merasa seolah-olah mereka adalah sumber dari permasalahan tersebut.
Jika orang tua bercerai, perasaan kesetiaan yang terbagi ini semakin kuat dan anak-anak mungkin takut ditinggalkan oleh kedua orang tuanya.
Setelah becerai biasanya anak akan ikut dengan salah satu orang tuanya, baik itu Moms atau Dads.
Hal ini bisa membuat anak merasa bersalah karena masih mencintai orang tua yang tidak tidak bersamanya dan perasaan itu bisa memicu depresi.
Kekhawatiran tentang pekerjaan sekolah dan ujian sangat umum sebagai penyebab depresi.
Anak-anak yang depresi cenderung perfeksionis dan memiliki standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri.
Baca juga: Menggemaskan! Lihat Lucunya Potret Si Kembar Lima AIUEO Sekarang
Mereka mungkin merasa bahwa jika mereka tidak mendapat nilai tinggi dalam ujian, anak akan menyalahkan diri dan menganggap dirinya sebagai orang gagal.
Tekanan ini bisa membuat si kecil merasa bahwa mereka tidak akan pernah 'cukup baik' dalam hal apapun dan dapat menyebabkan depresi.
Tekanan yang diberikan orang tua kepada anak dapat menjadi faktor utama munculnya depresi pada anak.
Banyak dari perasaan cemas dan depresi ini adalah bagian normal dari tumbuh dewasa dan berurusan dengan orang dan situasi yang berbeda.
Anak-anak tidak akan bisa mengatasi perasaan mereka sendiri kecuali mereka adalah anak yang sangt tangguh.
Dan anak-anak yang depresi di kemudian hari ketika mereka menjadi orang dewasa akan lebih mudah untuk terkena depresi kembali.
Jika Moms khawatir dengan si kecil, bicarakan dengan mereka apa yang mereka rasakan.
Apabila anak merasa depresi buatlah janji bertemu dengan dokter atau psikiater jika diperlukan.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Source | : | dailymail.co.uk |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR