Nakita.id - Masyarakat Indonesia tentu sangat bahagia bila banyak bermunculan berita baik dan kabar baik terkait wabah virus corona.
Selain jumlah pasien sembuh selalu dinanti-nanti, berbagai risiko dan bahaya virus Covid-19 ini tentu juga menjadi hal yang selalu dicari publik.
Beberapa waktu lalu, sebuah penelitian menungkapkan bila virus corona ini bisa bersifat airborne (bertahan di udara).
Melasir CNBC, Kerkhove mengatakan, para pejabat kesehatan mengetahui beberapa penelitian di sejumlah negara dengan lingkungan yang berbeda di mana Covid-19 dapat bertahan.
Baca Juga: Kini Diminta Terawang Soal Penerapan Lockdown, Mbah Mijan Malah Bikin Netizen Sewot! Ada Apa Nih?
Para ilmuwan secara khusus melihat bagaimana kelembaban, suhu, hingga pencahayaan ultraviolet dapat mempengaruhi penyakit ini.
Selain itu, juga berapa lama virus tersebut dapat hidup di permukaan benda yang berbeda, termasuk baja.
Para pejabat kesehatan menggunakan informasi-informasi ini untuk memastikan bahwa pedoman yang dikeluarkan WHO telah sesuai.
"Sejauh ini, kami yakin bahwa pedoman yang kami miliki sesuai," kata Kerkhove.
Menindaklanjuti adanya isu tersebut, Wakil Kepala Lembaga Eijkman Institute, Professor David Handojo Muljono lantas memberikan komentar.
Mengutip dari program Apa Kabar Indonesia Malam, yang tayang di tvOne, David membenarkan temuan baru WHO.
Dalam pernyataannya, awalnya Professor David tetap mengungkapkan bila faktor penularan melalui droplet masih jadi faktor paling besar penularan Covid-19.
"Tapi lebih intens kalau melalui udara atau pun partikel-partikel yang terhirup," lanjut David.
Menurutnya, droplet dari orang batuk bisa bertahan di udara selama beberapa saat.
Tentu saja dipengaruhi oleh kelembapan dan tingginya virus di dalam droplet tersebut.
"Nah juga ini dapat diartikan bahwa virus itu bisa bertahan setelah seseorang batuk kan terutama kalau kelembaban tinggi dan berat jenis virus ini ringan," jelas David.
"Sehingga dia tidak serta merta ketarik gravitasi bumi ke bawah tapi dia bisa melayang," ungkap Prof David.
Oleh sebab itu, seseorang yang memiliki kontak dekat dengan pengidap virus corona memiliki risiko penularan sangat besar.
"Kalau jarak dekat lebih mudah terhirup begitu," lanjutnya.
Setelah viralnya berita penelitian tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya angkat bicara.
Melansir dari Kompas TV yang mengutip dari akun Instagram resmi WHO, menyatakan Covid-19 tidak menular lewat udara.
Baca Juga: WHO Ungkap Virus Corona Mulai Menyebar Melalui Udara, Ahli Benarkan dengan Penelitian
Dalam keterangan resminya, WHO menyampaikan droplet tidak dapat bertahan di udara karena memiliki berat sehingga dengan cepat jatuh ke lantai atau permukaan.
WHO pun mengatakan seseorang dapat terinfeksi virus corona atau Covid-19 apabila menghirup virus jika berada dalam jarak 1 meter dari seseorang yang menderita Covid-19.
Selain itu, bisa terinfeksi pula apabila menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh mata, hidung atau mulut sebelum mencuci tangan.
Untuk melindungi diri dari penularan, WHO mengimbau untuk jaga jarak setidaknya 1 meter dari yang lain.
Selain itu pastikan untuk rutin mendisinfeksi permukaan-permukaan benda yang sering kamu sentuh.
Bersihkan tangan secara teratur dan hindari menyentuh mata, mulut, dan hidung juga menjadi opsi pencegahan.
"Rajin cuci tangan dan hindari menyentuh area mata, hidung, dan telinga," lanjut unggahan tersebut.
Diketahui, pernyataan ini dilontarkan untuk mengklarifikasi pemberitaan sebelumnya kalau Covid-19 bisa bertahan di udara.
Shopee Bersama Tasya Kamila dan Bittersweet by Najla Ceritakan Dampak Positif Inovasi dalam Berdayakan Ekosistem
Source | : | CNBC,Nakita.id,Kompas TV |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR