Nakita.id - Pada Kamis (2/4/2020) tercatat ada 1.790 pasien terinfeksi corona di Indonesia.
Tak hanya itu, dikabarkan pula kalau 170 pasien Covid-19 meninggal dunia.
Lebih lanjut, tercatat sebanyak 112 pasien dinyatakan sembuh total.
Sampai saat ini, masih banyak yang beranggapan kalau virus corona (Covid-19) adalah virus mematikan.
Namun, benarkan anggapan tersebut?
Moh Indro Cahyono, ahli virologi kondang itu menjawab kegelisahan publik.
Mulanya, ahli virologi, Moh Indro Cahyono menjelaskan mengenai sifat virus corona.
"Okay, kalau kita mau bicara mengenai virus ini, kita harus tahu kelemahan dan kelebihannya," kata ahli virologi, Moh Indro Cahyono dikutip dari kanal YouTube 'Official iNews' (29/3/2020).
"Jadi, kelemahannya adalah virus ini sangat mudah dihancurkan oleh pelarut lemak.
"Termasuk sabun, termasuk semua peralatan rumah tangga bisa dipakai untuk menghancurkan virusnya," kata Moh Indro Cahyono.
Lebih lanjut, ahli virologi itu pun menjelaskan mengenai kelebihan dari corona.
"Sementara kelebihannya, virus ini sangat mudah menyebar dan menular antar manusia," jelas Moh Indro Cahyono.
"Tapi permasalahannya adalah jika virus ini menular dari manusia ke manusia lain, belum tentu menimbulkan kematian," beber ahli virologi tersebut.
Tegas, Moh Indro Cahyono mengungkapkan kalau Covid-19 tak melulu lekat dengan kematian.
"Covid-19 tidak berhubungan dengan kematian," sambungnya.
Bicara soal angka kematian pasien positif corona, Moh Indro Cahyono pun buka suara.
"Okay, sekarang kita melihat dari sebaran virus, kita melihat dari sifat alami virus.
"Pada saat virus ini menyebar, tidak ada satupun manusia yang bisa menghentikannya berarti apa potensi kita sebagai manusia di seluruh bumi kita punya kesempatan yang sama terinfeksi virus ini," jelas pakar virus itu.
Pakar virus itu juga bicara soal fakta lapangan yang ia temui mengenai kesembuhan pasien Covid-19.
"Nah, kita harus melihat ke fakta, sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini bisa sembuh kemudian selamat.
"Nah, kita harus melihat juga mengenai data-data, semakin tinggi korban meninggal, itu juga diikuti dengan semakin tingginya manusia yang terpapar.
"Itu nanti bisa dilihat sebenarnya yang meninggal sebagian besar berada di dalam risiko tinggi, berarti apa, berarti misalnya orang yang punya masalah memroduksi antibodi dari dalam tubuhnya sendiri," jelas Moh Indro Cahyono.
"Bisa jadi karena usia, bisa jadi karena komplikasi penyakit karena gangguan pernapasan bawaan.
"Sementara buat manusia yang normal yang mampu mengeluarkan antibodinya akan mengalami kesembuhan, meski akan jadi positif (Covid-19)," sambungnya.
Dijelaskan pula kalau status pasien positif corona bisa berubah.
"Jadi status positif Covid-19 itu tidak tetap," tukas ahli virologi sekaligus dokter hewan tersebut.
Ia juga menjelaskan, kalau status tersebut bisa berubah selama dua minggu usai dinyatakan positif Covid-19.
"Akan bisa jadi negatif, itu terjadi di pasien nomor 1, nomor 2, nomor 3, sudah ada buktinya, dan pasien nomor 12 di Bandung," jelasnya.
Baca Juga: Punya Banyak Manfaat Kesehatan, Efek Samping Jahe Ternyata Berbahaya Bagi Orang dalam 7 Kondisi Ini
"Dan itu terjadi hampir 97 persen pasien yang terinfeksi positif," tukas Moh Indro Cahyono.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR