"Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan 'host immunity' seseorang, dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus sebagaimana yang dituliskan dalam studi Wang et al. (2020) tersebut," papar Dwikorita.
Ia menjelaskan, penelitian Araujo dan Naimi (2020) memprediksi dengan model matematis yang memasukkan kondisi demografi manusia dan mobilitasnya, menyimpulkan bahwa iklim tropis dapat membantu menghambat penyebaran virus tersebut.
"Mereka juga menjelaskan lebih lanjut bahwa terhambatnya penyebaran virus dikarenakan kondisi iklim tropis dapat membuat virus lebih cepat menjadi tidak stabil," kata dia.
Dengan demikian, lanjut Dwikorita, penularan virus corona dari orang ke orang melalui lingkungan iklim tropis cenderung terhambat dan akhirnya kapasitas peningkatan kasus terinfeksi untuk menjadi pandemik juga akan terhambat.
Baca Juga: Sudah 3 Kali Meminta Restu, Dengan Wajah Sedih Akhirnya Ria Ricis Ungkap Alasan Kuat Sang Ayah Tak Merestui Hubungannya, Kenapa?
Kajian tim gabungan ini menjelaskan, analisis statistik dan hasil pemodelan matematis di beberapa penelitian di atas mengindikasikan bahwa cuaca dan iklim merupakan faktor pendukung untuk kasus wabah ini berkembang pada outbreak yang pertama di negara atau wilayah dengan lintang linggi.
Namun, bukan faktor penentu jumlah kasus, terutama setelah outbreak gelombang yang ke dua.
Peningkatan kasus dipengaruhi mobilitas manusia
Meningkatnya kasus pada gelombang kedua saat ini di Indonesia tampaknya lebih kuat dipengaruhi oleh pengaruh pergerakan atau mobilitas manusia dan interaksi sosial.
Source | : | GridHITS |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR