"Warga yang takut dan tidak paham kemudian diprovokasi oleh provokator. Oknum yang hanya ingin mencari panggung," ujar Teno yang dikutip dari Kompas.id.
Awalnya penolakan tersebut tidaklah berlangsung demikian, melainkan penolakan dari pihak kabupaten karena bukan warga Pasuruan.
Hanya saja ia meninggal usai dirawat intensif akibat covid-19 pada rumah sakit rujukan yaitu Rumah Sakit Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Na'asnya pihak keluarga yang di Jakarta tak ingin menerima jasadnya.
"Kami putuskan dengan segala rasa kemanusiaan, kami menerimanya. Kami tracing, ternyata dia punya istri siri di Kota Pasuruan,” kata Teno.
Usai dipertimbangkan, Pemkot Pasuruan putuskan untuk memakamkannya di TPU Gadingrejo sebagai TPU terbesar di Kota Pasuruan.
Namun, rencana itu tak berjalan mulus karena terjadi kericuhan.
Source | : | kompas.id |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR