Nakita.id - Kanker dianggap sebagai salah satu penyakit yang menakutkan.
Pasalnya, hingga kini kanker belum diketahui penyebabnya dengan jelas.
Pengobatan dan perawatan yang menghabiskan biaya sangat besar, sering kali menimbulkan stres pada pasien dan keluarganya.
Menurut Dr Paulus W. Halim, praktisi radiaestesi medik dan pengobatan integratif, sel kanker sebenarnya terdapat pada tubuh setiap orang.
Namun, tidak pada semua manusua, sel kanker aktif dan berkembang menjadi penyakit yang menakutkan.
"Gen di dalam tubuh kita bermutasi. Tetapi mutasi itu dapat diatasi bila sistem kekebalan tubuh bekerja dengan benar. Karena, kunci menghadapi kanker adalah imunitas tubuh,” ungkapnya dalam acara Gunnebo Indonesia Adakan Edukasi Penanganan Integratif terhadap Kanker beberapa waktu lalu di WTC, Jakarta.
Baca juga: Waspada! 7 Tanda kanker ini sering diabaikan wanita
Dr Paulus mengatakan, ada empat faktor risiko penyakit kanker, diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan atau karsinogen, seperti radiasi, cemaran zat kimia, virus, hormon, dan sebagainya.
Selain itu faktor gaya hidup, seperti merokok, kelebihan lemak, makanan berpengawet, minuman beralkohol, dan lainnya, serta stres.
Meski begitu, banyak penderita kanker yang tak menyadari dirinya terserang kanker.
“Biasanya ada kondisi pra sakit, di mana tubuh merasa kelelahan. Sayangnya ini sering dianggap sepele, dan dikira sebagai tak enak badan biasa,”ujarnya.
Baca juga: Deteksi dini kanker usus lewat buang air besar. Cek tandanya di sini
Sebenarnya, ada tujuh gejala awal yang harus diperhatikan dan patut dicurigai munculnya kanker pada tubuh:
1. Waktu buang air besar/ air kecil mengalami perubahan atau gangguan.
Berubahnya tekstur kepadatan kotoran.
Sering nyeri atau kram pada bagian perut.
Perut kembung.
2. Alat pencernaan terganggu.
Ini menyebabkan kesulitan menelan.
Sering sakit perut.
3. Suara berubah serak atau batuk tak kunjung sembuh.
Sulit menelan.
Perubahan suara.
Batuk kronis.
Telinga yang sakit atau berdengung.
Benjolan yang tidak kunjung sembuh.
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Pembengkakan pada mata, rahang, tenggorokan, atau leher.
Baca juga: Begini cara mudah deteksi kanker payudara tanpa pergi ke dokter
4. Tumbuh benjolan (tumor) pada payudara atau bagian tubuh lain. Benjolan ini biasanya punya ciri khas yaitu:
* Benjolan terasa keras
* Benjolan ini tidak diskrit; tidak mudah dibedakan
* Benjolan tetap di payudara; tidak bergerak
* Hanya ada satu benjolan
* Tidak ada benjolan yang sama di payudara sebelahnya
* Kulit payudara berlesung pipit
* Benjolan disertai dengan keluarnya cairan
Baca juga: Mama hati-hati merebus botol susu berisiko sebabkan kanker pada si kecil. Ini alasannya
5. Tahi lalat yang berubah sifatnya, tumbuh semakin besar dan terasa gatal.
Biasanya disertai juga dengan perubahan warna menjadi lebih gelap, ukurannya membesar, melebar tidak teratur, permukaan menjadi tidak rata, sering diganggu (dikorek atau digaruk), gampang berdarah, menjadi luka dan koreng yang tidak sembuh-sembuh.
6. Adanya darah atau lendir yang abormal keluar dari tubuh.
7. Adanya koreng atau luka yang tak kunjung sembuh.
Ini merupakan salah satu tanda kanker kulit.
Kanker kulit juga biasanya ditandai dengan:
* Bentuk benjolan yang kurang beraturan atau asimetris. Sehingga antara bentuk bagian kiri dan kanannya terlihat berbeda.
* Adanya batas pinggiran benjolan yang terlihat tidak rata dan cenderung memiliki tekstur yang kasar.
* Benjolan memiliki warna yang tidak rata atau bergradasi, misalnya warna gelap di tengah dan warna cokelat muda di bagian pinggir hingga batas tepinya.
* Besar diameter benjolan yang tidak wajar, bandingkan dengan diameter sebuah pensil.
* Bentuknya yang berubah-ubah jika diamati secara teliti. Untuk membuktikan hal ini Anda bisa mengambil foto benjolan atau tompel pada hari pertama Anda mengetahuinya. Kemudian lakukan pengambilan foto pada minggu berikutnya, amati apakah ada perubahan bentuk, warna, atau bahkan ukuran.
Baca juga: Seks oral tingkatkan kanker 22 kali lipat
Tidak seperti penyakit lain, kanker tidak terjadi karena penyebab tunggal, karena itu mengatasinya pun tak bisa dengan penanganan tunggal. Dibutuhkan pendekatan integratif yang memahami pasien sebagai manusia secara holistik (menyeluruh), baik medis maupun nonmedis yang melengkapi.
“Dengan pengobatan yang mengintegrasikan upaya medis dengan pengobatan non-medis seperti herbal, pengelolaan emosi, perbaikan pola makan, dan peningkatan aspek spiritual sesuai dengan kondisi pasien, kemungkinan untuk terselamatkan akan lebih besar,” jelas Dr Paulus.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR