Nakita.id - Pandemi virus corona memang menjadi pukulan besar untuk seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.
Selain berjuang untuk nyawa, pemerintah juga bertugas mengatur ekonomi agar tidak terlalu berimbas pada kehidupan sehari-hari rakyatnya.
Belum lagi angka stres meningkat usai publik diminta mengurung diri di rumah saja demi terhindar dari virus corona.
Seolah habis rasa sabarnya, Presiden Joko Widodo belum lama ini mengeluarkan 'ultimatum' lantaran kasus Covid-19 di Jawa Timur masih terus mengalami peningkatan.
Terhitung Jumat (26/6/2020), kasus virus corona di Jawa Timur sudah mencapai 10.545, dengan jumlah meninggal dunia 764 orang.
Jumlah kematian tersebut lebih tinggi dari DKI Jakarta, dengan angka kasus 10.600 terdapat 608 orang yang meninggal dunia.
Presiden Joko Widodo mengeluarkan imbauan agar Jawa Timur mampu menurunkan angka infeksi virus corona selama dua pekan.
Hal itu disampaikan Jokowi saat mengunjungi posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Gedung Grahadi, Surabaya, Kamis (25/6/2020).
"Saya minta dalam waktu dua minggu ini pengendaliannya betul-betul kita lakukan bersama-sama dan terintegrasi dari semua unit organisasi yang kita miliki di sini," kata Jokowi dikutip dari Kompas.com.
"Baik itu di gugus tugas, baik itu di provinsi, baik itu di kota dan di kabupaten seterusnya sampai ke rumah sakit, kampung, desa, semuanya ikut bersama-sama melakukan manajemen krisis sehingga betul-betul kita bisa mengatasinya dan menurunkan angka positif tadi," sambungnya.
Melansir dari Kompas.com, Wali kota Surabaya Tri Rismaharini menanggapi ultimatum Presiden Jokowi untuk menurunkan angka penyebaran virus corona di daerah pimpinannya.
Menjawab permintaan orang nomor satu di Indonesia itu, Risma menuturkan kalau ia dan jajarannya terus bekerja untuk menekan angka kasus virus corona.
"Kita kerja mulai kemarin-kemarin, kita terus bekerja," kata Risma saat ditemui di kediaman wali kota, dikutip dari Surya, Kamis (25/6/2020).
Risma menjelaskan kalau kebanyakan kasus penularan Covid-19 di Surabaya terjadi di lingkup keluarga.
Hal inilah yang membuatnya memerintahkan seluruh jajaran untuk mengisolasi atau melakukan rawat inap apabila ada warga yang terpapar.
"Jadi misalnya satu keluarga itu ada yang positif, itu harus bisa mengajak untuk rawat inap, supaya enggak nulari keluarganya," ucap Risma.
Dikatakan oleh Risma, Pemkot Surabaya juga menyiapkan penanganan khusus di sejumlah daerah yang ditemukan banyak kasus reaktif.
Risma mengatakan kalau akan dilakukan koordinasi dengan ketua RT dan RW di setempat agar bisa dilakukan pengawasan dan penanganan khusus.
"Kita butuh penanganan khusus untuk itu," ujar Risma.
Source | : | Surya Malang,KOMPAS.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR