Stres secara fisik maupun mental, imbuh dia, dan menyebabkan demam tinggi atau depresi dapat menyebabkan kondisi tersebut.
Kondisi ini biasanya berlangsung selama sekitar enam bulan, dengan pasien kehilangan setengah rambutnya dari kulit kepala mereka.
"Untuk penyebab lain dari telogen effluvium ini, kami biasanya memberi tahu pasien, bahwa tiga hingga enam bulan, Anda akan melihat peningkatan (rambut rontok)," ungkap Favini.
Akan tetapi, dia mencatat bahwa pedoman ini mungkin tidak berlaku bagi pasien virus corona.
"( Pasien) dengan virus corona, selalu ada peringatan bahwa kita belum memahami ini dengan baik," jelas dia.
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan berusia 40-an tahun dan 50-an tahun lebih mungkin mengalami kerontokan rambut akibat telogen effluvium kronis, dibandingkan kelompok lain.
Akan tetapi, Favini sekali lagi menekankan, para ahli tidak yakin apakah virus corona menjadi penyebab rambut rontok pasien Covid-19, dan cenderung akan bertahan dalam kasus ini.
Favini menambahkan kesabaran adalah hal yang paling penting.
Dia juga menyarankan agar memberikan kesempatan tubuh untuk memulihkan diri, sehingga bisa memberikan perawatan setelah sembuh dari Covid-19.
"Ada orang yang tampaknya benar-benar sangat sakit akibat infeksi virus corona dalam jangka waktu yang lama. Jika itu masalahnya, maka menjadi lebih sulit untuk diprediksi apakah rambut dapat kembali tumbuh," ungkap Favini.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pasien Virus Corona Ungkap Rambut Rontok karena Covid-19, Apa Sebabnya?")
Source | : | kompas |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR