Tabloid-Nakita.com - Naluri keibuan seringkali mendorong ibu baru untuk mengurus bayi yang baru lahir sesempurna mungkin. Buku-buku bacaan, artikel di majalah, tips di internet, habis dilalap agar Mama mendapat ilmu mengasuh bayi yang terbaik. Padahal, di dunia nyata, seringkali apa yang Mama harapkan belum tentu dapat terjadi. Kecuali bila Mama memang siap dan mampu mengurus anak selama 24 jam penuh, tanpa melakukan aktivitas lainnya -termasuk mandi, makan, atau merawat diri sendiri.
Hal ini bertentangan dengan kebiasaan para ayah yang lebih sering bersikap realistis saat harus mengasuh bayi. Dan terbukti, dengan sikap realistisnya itu Papa dapat mendampingi anak sambil tetap memenuhi semua kebutuhan dirinya sendiri. Bila dua sisi ini disandingkan, tentulah para bayi juga yang akan merasakan manfaatnya.
Untuk itu, apabila selama ini Mama lebih banyak menuntut Papa untuk belajar dari Mama, mungkin sesekali Mama lah yang perlu belajar mengasuh bayi dari suami. Nah, inilah beberapa cara ayah mengasuh bayi yang dapat Mama tiru:
1. Tidak masalah bila bayi terlihat kotor
Mama mungkin langsung menjerit histeris ketika sang bayi terlihat kotor, sementara Papa akan membiarkannya saja. Menurutnya, sedikit kotor tidak masalah karena yang terpenting anak merasa senang dan tidak menyentuh barang-barang yang berbahaya. Ini akan mengajarkan para ibu untuk lebih toleran dan kompromis. Bukankah ini akan menjadi bagian dari pembelajaran anak juga?
2. Tidak masalah bila bayi menangis
Banyak hal yang bisa menyebabkan anak menangis. Mama biasanya akan kerepotan menggendong dan menenangkan bayinya. Sementara bagi Papa, selama tangisan bayi bukan dikarenakan penyakit (seperti misalnya demam tinggi), mereka akan menganggap hal itu wajar saja. Dari sini, Mama akan belajar untuk memahami bahwa menangis itu adalah bagian dari kehidupan bayi. Seperti halnya Mama yang akan mengomel panjang-pendek karena kesal atau menjelaskan panjang-lebar tentang apa yang Mama inginkan, bayi menyalurkannya dalam bentuk menangis. Sebab, hanya itu cara komunikasi yang ia ketahui saat itu.
3. Tidak masalah bila bayi mencoba hal-hal baru
Ketika bayi terhuyung-huyung di kala mencoba untuk berdiri atau berjalan, Mama akan langsung menangkap tubuhnya serta menggendongnya supaya tidak terjatuh. Apa yang dilakukan Papa? Ada yang merentangkan tangan di sekitar tubuh anak, tidak menyentuhnya tapi siap menangkap bila jatuh. Ada juga yang membiarkannya karena melihat area sekitar anak tergolong aman meski ia jatuh (misalnya, dia berjalan di lantai berkarpet atau berdiri di dalam boksnya sendiri). Bila Mama mau menerapkan cara Papa melatih anak berjalan, Mama sudah memberikan andil dalam menanamkan rasa percaya diri pada anak. Ia akan berpikir, orangtua saya percaya saya dapat berjalan dengan baik, maka saya akan membuktikannya!
4. Tidak masalah bila bayi dijaga oleh orang yang tidak begitu ia kenal
Bicara soal realistis, ada kalanya Mama harus meninggalkan bayi karena keperluan mendadak, seperti hendak buang air kecil pada saat sedang makan di restoran. Sementara pada waktu itu, Mama dan bayi hanya berduaan saja di sana. Para mama mungkin akan sekuat tenaga menahan keinginan buang air kecil sampai "pertolongan" tiba, misalnya sampai papa sudah datang menjemput. Atau, ditahan hingga sampai di rumah.
Di lain pihak, apa yang dilakukan para papa? Dia bisa saja menitipkan bayi ke pelayan restoran sebentar, menuntaskan kebutuhannya, lalu kembali lagi ke meja. Mama selalu khawatir anak akan menangis ketika melihat Mama pergi, sementara Papa mungkin berpikir, belum tentu anak akan menangis saat melihat wajah pelayan restoran yang ramah. Lagipula, ia hanya pergi sebentar. Bila Mama menyetujui cara pikir ini dan mau melakukannya, Mama secara tidak langsung telah membekali anak dengan kemampuan sosial yang baik dan juga kematangan dalam menghadapi perpisahan.
5. Tidak masalah bila kondisi bayi tidak seperti yang tertera di buku panduan orangtua
Mam cenderung melakukan segalanya sesuai dengan buku referensi yang ia miliki. Itu sebabnya, begitu Mama mendapati si bayi kecil ternyata memiliki berat kurang 1 kg dari angka ideal yang tertulis di buku, rasa panik langsung melanda. Pikiran macam-macam bisa timbul. Kurang gizi, kurang stimulasi, atau jangan-jangan ada penyakit tersembunyi. Sejalan usia, semakin sering Mama membalik-balik halaman buku untuk mencocokkan perkembangannya.
Nah, apa yang dilakukan para papa? Mereka biasanya akan membaca buku itu, mengingat batas bawahnya, lalu setelahnya membiarkan anaknya berkembang apa adanya. Dan bila beratnya tidak seperti yang ditulis di buku, dia akan dengan santai berkata, "Setiap anak berbeda-beda, tidak bisa disamakan."
Apa yang bisa Mama pelajari dari sini? Bahwa anak Mama adalah pribadi yang unik dan tidak setiap buku bisa mendeskripsikannya dengan tepat. Berbanggalah akan hal ini! Dan, mulai sekarang tiru cara ayah mengasuh bayi.
(KompasFemale)
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
KOMENTAR