Tabloid-Nakita.com - Mama pasti meyakini 100% bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. ASI mengandung beberapa nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Tak hanya itu, ASI juga mengandung zat-zat yang meningkatkan imunitas dan melindungi bayi dari berbagai penyakit.
Sayangnya, tidak semua ibu dapat menjalani proses menyusui dengan mudah. Ada yang ASI-nya tidak segera keluar dan butuh stimulasi lebih lama, ada pula yang memiliki puting payudara yang terbenam (inverted nipples).
Ketika puting Mama terbenam, terkadang membuat Mama menjadi khawatir dan cemas apakah akan dapat menyusui si kecil. Kabar baiknya, puting tenggelam pun bukan berarti Mama tidak bisa menyusui, lo! Mama bisa membantu menarik perlahan puting semasa kehamilan, namun sebaiknya tidak dilakukan pada trimester akhir kehamilan. Sebab, hal ini dikhawatirkan bisa memicu kontraksi. Alangkah baiknya bila berkonsultasi dengan konsultan menyusui, agar bisa mempelajari teknik-teknik menyusui dengan kondisi puting terbenam.
Salah satu cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting terbenam adalah melakukan IMD. Pastikan ketika bersalin, Mama bisa melakukan IMD selama 1—2 jam (skin to skin contact) agar bayi bisa melatih insting menyusunya sendiri. Bayi adalah makhluk yang pintar dan mereka tidak punya pembanding puting lain selain puting Mamanya sendiri.
Jadi, jika puting Mama terbenam, ketika bayi bisa menyusu sendiri saat IMD, maka ia akan menarik sendiri secara otomatis puting mamanya tanpa bantuan siapa pun. Setelah itu, upayakan rawat gabung sehingga Mama menjadi mahir untuk menyusui. Jika diperlukan, bisa juga menggunakan alat bantu penarik puting. Pastikan Mama sendiri yang melakukannya dengan didampingi konsultan menyusui sebelumnya.
Bayi Mama tidak pernah menyusu pada ibu lainnya, jadi pastinya si kecil tidak pernah membandingkan puting Mama dengan puting ibu lainnya. Jadi tentunya puting terbenam pun bukan alasan untuk tidak bisa menyusui.
Narasumber: Nia Umar, SSos., IBCLC, Ketua IKMI (Ikatan Konselor Menyusui Indonesia), Jakarta
(Utami Sri Rahayu)
KOMENTAR