Vaksinolog lulusan University of Siena, Italy ini mengatakan, untuk meminimalkan risiko mendapat vaksin palsu, lakukanlah imunisasi di tempat yang memang sudah ditunjuk secara resmi oleh pemerintah, seperti puskesmas dan rumah sakit besar. Hindari dulu vaksinasi di klinik-klinik kecil.
Orangtua juga boleh saja meminta ditunjukkan kemasan vaksin sebelum diberikan pada anak. Selain orangtua, para tenaga medis juga harus jeli jika melihat ada perbedaan kualitas cetakan label di kardus maaupun botol vksin. Secara fisik, juga bisa dilihat apakah cairan vaksin jernih atau sudah keruh.
Dirga mengatakan, selama ini produksi vaksin hingga didistribusikan dan sampai ke masyarakat sebenarnya sudah sangat terjaga. Hanya saja, dengan adanya kasus ini, pengawasan pun sebaiknya perlu diperketat.
"Pemerintah, Kemenkes, BPOM harus proaktif, mungkin lebih sering diadakan sidak untuk ambil sampling vaksin asli atau palsu," kata Dirga.
Dirga berharap, polisi dapat segera mengusut tuntas kasus vaksin palsu dan peredaran vaksin palsu tidak terjadi secara meluas, sehingga tidak memengaruhi cakupan imunisasi nasional.
(Ipoel/Kompas Health/detik.com)
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
KOMENTAR