Tabloid-Nakita.com - Beberapa waktu lalu, Bareskrim POLRI berhasil menggerebek enam pabrik pembuatan vaksin palsu di Jakarta dan sekitarnya serta menangkap beberapa orang. Baca: Hati-hati Vaksin Palsu Beredar di Indonesia
Pertanyaannya, bagaimana bisa kasus ini terungkap?
Menurut Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Mabes Polri Brigjen Agung Setya Imam Effendi, kasus pemalsuan vaksin terbongkar karena banyak bayi yang jatuh sakit setelah divaksin.
"Pengungkapan ini hasil dari analisis dan pengkajian fakta-fakta yang kita lihat bahwa bayi-bayi itu kondisinya tidak baik (sakit-red) setelah divaksin. Ada fakta juga di lapangan, jadi kita dalami," ujarnya.
Selain itu, ada juga laporan ke POLRI dari sebuah rumah sakit di Bogor, yang curiga dengan vaksin yang dikirim ke rumah sakit tersebut.
"Ini mulai dari para pengguna dalam hal ini rumah sakit di daerah Bogor, yang mencurigai kiriman vaksin yang diterima mencurigakan. Setelah ditelusuri ditemukan distributor dan apotek yang sengaja mengedarkan vaksin palsu," jelasnya lagi.
Baca juga: Terungkap, Ini Isi Vaksin Palsu yang Dikemas dengan Botol Bekas
Nah, untuk itu, orangtua perlu waspada dengan kejadian ini. Jika Mama curiga anak balitanya diberi vaksin palsu, bisa melapor ke dokter anak terdekat agar diobservasi dampak akibat vaksin palsu itu. Efeknya bergantung materi di vaksin palsu itu. Saat ini, Bareskrim Polri akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) guna mendata jumlah balita yang ditengarai pernah divaksin menggunakan vaksin palsu, menyusul terkuaknya kasus praktik peredaran vaksin palsu untuk balita.
“Ya kami akan koordinasi dengan Kemenkes untuk mendata balita-balita yang pernah mendapat vaksin palsu agar bisa dipulihkan kondisinya dengan pemberian vaksin asli,” tutur Brigjen Agung. Apalagi, vaksin palsu ini telah dibuat dan beredar sejak 2003. Peredaran vaksin palsu ini ada di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Jangan Takut Divaksin
Ditemukannya vaksin palsu barangkali membuat para orangtua khawatir saat sang anak harus mendapat imunisasi. Namun, jangan sampai kekhawatiran itu membuat orangtua tak membawa anaknya untuk diberi vaksin.
"Jangan sampai gara-gara begini, orangtua khawatir berlebihan, anaknya enggak divaksinasi. Itu bisa lebih bahaya lagi karena manfaat vaksin jauh melebihi risikonya," ujar Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc-VPCD.
Baca juga: Mudah! Begini Cara Bedakan Vaksin Asli dan Palsu Menurut Biofarma
Vaksinolog lulusan University of Siena, Italy ini mengatakan, untuk meminimalkan risiko mendapat vaksin palsu, lakukanlah imunisasi di tempat yang memang sudah ditunjuk secara resmi oleh pemerintah, seperti puskesmas dan rumah sakit besar. Hindari dulu vaksinasi di klinik-klinik kecil.
Orangtua juga boleh saja meminta ditunjukkan kemasan vaksin sebelum diberikan pada anak. Selain orangtua, para tenaga medis juga harus jeli jika melihat ada perbedaan kualitas cetakan label di kardus maaupun botol vksin. Secara fisik, juga bisa dilihat apakah cairan vaksin jernih atau sudah keruh.
Dirga mengatakan, selama ini produksi vaksin hingga didistribusikan dan sampai ke masyarakat sebenarnya sudah sangat terjaga. Hanya saja, dengan adanya kasus ini, pengawasan pun sebaiknya perlu diperketat.
"Pemerintah, Kemenkes, BPOM harus proaktif, mungkin lebih sering diadakan sidak untuk ambil sampling vaksin asli atau palsu," kata Dirga.
Dirga berharap, polisi dapat segera mengusut tuntas kasus vaksin palsu dan peredaran vaksin palsu tidak terjadi secara meluas, sehingga tidak memengaruhi cakupan imunisasi nasional.
(Ipoel/Kompas Health/detik.com)
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
KOMENTAR